Title : Promise You
Author : Han Ha Rin
Main Cast :
1. Yesung As Kim Jong Woon
2. Park Shin Hye As Park Shin Hye
3. Lee Hyuk Jae As Lee Hyuk Jae
4. Taeyeon As Taeyeon
Additional Cast :
1. Kim Ryeowook As Kim Ryeowook
2. Cho Kyuhyun As Cho Kyuhyun
3. Goo Hye Sun As Go Hye Sun
Genre : Romance
**********************************************************************
Annyeong
Haseyo readers yeorobun….. Author is back nih,, Mau share fanfiction
Double Shot pertama thor….. Thor kali ini masih memakai cast dari Super
Junior Oppadeul, tau kenapa? Karena thor cinta mati ma namja-namja yang
satu ntu.. So jadi selalu pengen memakai mereka deh buat melampiaskan
imajinasi-imajinasi thor yang gaje…. Kekekeke…!!!
Yesungmin lah kita langsung ke TKP ajah nyok!! Happy Reading Yeorobun….. ^o^
**********************************************************************
Kim Jong Woon’s POV
Krrriiiingggg…. Kriiiinnnggggg….!!!!!!!!!! Kudengar suara alarmku
berbunyi, namun mataku masih terasa lengket enggan untuk kubuka. Kurasa
memejamkan mata lima menit lagi cukup untuk menghilangkan kantukku. “Promise you kimiwo omotte bokuwa ikuruyo” yaks kenapa pagi-pagi begini menelponku??? Baru saja aku ingin memejamkan mataku sudah terganggu “yoboseyo!” sapaku parau “chagiya, ireona!!!” aigho ternyata Park Shin Hye yeojachinguku, kenapa dia tahu aku masih di tempat tidur? “ne chagiya” sahutku berusaha duduk dan masih mengucek kedua mataku “hari ini kan kau ada tes beasiswa jadi kau harus semangat! Kajja chagiya hwaiting hwaiting!!” ucapnya kenapa selalu ceria “ah ne aku lupa jam 9 aku tes, geureyo aku bangun. Gomawo sudah membangunkanku chagiya, aku mandi dulu ne!” jawabku yang hampir lupa dengan tes hari ini “ne chagi, hwaiting!”
teriaknya lagi. Tes itu merupakan tes impianku, sejak lama aku
menginginkannya karena aku ingin sekali mengambil fakultas kedokteran di
USA. Dengan rasa malas yang masih membebani bahuku aku segera turun
dari tempat tidurku dan segera meraih handuk berwarna merahku yang
tergantung di belakang pintu kamar mandiku.
Seusai mandi dan menyiapkan semuanya aku segera menuju dapur, sekedar
mengisi perut sebelum memulai tes hari ini. Ah jujur saja, aku
benar-benar gugup dan tak percaya diri hari ini. “Joheun achiemeyo
Eomma, Wookie ah (selamat pagi Eomma, Wookie ah)” sapaku sembari duduk
di salah satu bangku meja makan bundar di ruang makanku. Kulihat Wookie
adikku sedang asyik membantu eomma memasak. “Kau sudah siap menghadapi
tes hari ini hyung?” tanya Wookie menoleh ke arahku sembari memegangi
pan “eum, aku siap! Tapi sejujurnya aku benar-benar gugup sampai-sampai
aku baru bisa tidur jam 3 pagi, eotthae?” jawabku menyantap sesuap
chapcae yang sudah tersedia di meja “jika sudah siap kenapa harus gugup?
Memangnya persiapanmu belum masak juga?” ucap Wookie kini membalikkan
tubuhnya ke arah meja makan “aniya, aku hanya kurang percaya diri saja
dan aku bingung bagaimana cara mengatasi perasaanku ini” belaku masih
sibuk mengunyah beberapa suap makanan “kau kan sudah belajar keras sejak
satu bulan yang lalu, itu artinya persiapanmu sudah masak jadi kau
tinggal serahkan kepada Tuhan untuk hasilnya, setidaknya kau sudah usaha
bukan?” ucapnya kuanggukkan “kau itu kan jenius, aku yakin kau bisa
mendapatkan beasiswa impianmu itu. Percayalah pada Tuhan dan berusahalah
dengan baik! Hwaiting hyung!!!” Wookie itu bicara sok tua sekali ah
tapi ucapan dia ada benarnya juga sih “ne, kau pasti bisa chagiya! Kau
kan putra eomma yang paling jenius jadi kau pasti bisa mendapatkan
beasiswa itu ne! Optimislah!” tambah eomma sembari menuangkan segelas
susu ke dalam gelasku “gomawo eomma, gomawo untuk dukungan dari kalian.
Do’a kan aku ne!!” ucapku benar-benar gugup “ne kami pasti do’akanmu Kim
Jong Woon!” ucap kedua orang yang kusayang tersebut dengan lantang. Aku
hanya tersenyum dan merasa sedikit lebih tenang, seusai menghabiskan
sarapanku aku segera bergegas ke kampus bersama Wookie dalam satu mobil
sportku.
Kim Jong Woon’s POV End
***
Narasi
Sesampainya di kampus, Jong Woon bergegas lari menuju ruang tes. Ia tak
ingin telat mengikuti tes beasiswa tersebut meski hanya satu detik “aku
harus ke ruang tes, nanti kita bertemu lagi ne chagi” sahut Jong Woon
dengan Shin Hye sembari mencium kening yeojachingunya itu “ne chagi,
gwenchana. Hwaiting Hwaiting!!!!” sahut Shin Hye seperti seorang
cheersleader “ne Jong Woon ah Hwaiting! Kau pasti bisa!” tambah Cho
Kyuhyun sahabatnya sejak kecil itu “ne, gomawo” teriak Jong Woon sembari
melambaikan tangannya dan berlari “Kyuhyun ah kajja kita ke kelas!”
seru Shin Hye dianggukkan oleh Kyuhyun. Jong Woon pun sampai di ruang
tes, keringat dingin mengalir deras di wajahnya begitu ia melihat betapa
banyaknya jumlah peserta yang mengikuti tes beasiswa tersebut “aigho!
Banyak sekali pesaingku? Kenapa nyaliku mendadak menciut?” pekiknya
menelan ludah “ah aniya! Aku pasti bisa mengalahkan mereka, ne aku pasti
bisa!! Kim Jong Woon Hwaiting!” teriaknya dalam bathin dan berusaha
melangkah memasuki ruangan itu.
Tepat pukul 12.00 KST Jong Woon keluar dari ruang tes, di depan ruang
tersebut Kyuhyun, Shin Hye dan Goo Hye Sun (kekasih Kyuhyun) sudah
berdiri menantinya. Jong Woon keluar dengan lemas, wajahnya nampak kusut
dan tak bergairah “chagiya, waeyo?” tanya Shin Hye menarik tangan Jong
Woon. Jong Woon menatap datar ketiganya dan sesekali menarik napasnya
“kau itu? Kenapa ekspresimu begitu? Kau seperti ayam mau mati saja” ejek
Kyuhyun “yaks! Kau itu” pekik Jong Woon mengepalkan tangannya sementara
Kyuhyun sudah menyilangkan kedua tangan di depan wajahnya “chagiya
kenapa kau lemas? Apa kau tak bisa menyelesaikan tesnya?” tanya Shin Hye
digelengkan oleh Jong Woon “lalu?” tanya Hye Sun mengernyitkan
keningnya “aku berhasil menyelesaikan semuanya, soalnya sulit sekali
sampai-sampai kepalaku berasap! Ah peningnya” sahut Jong Woon memegangi
kepalanya “ah kalau begitu bagaimana kalau kita pergi ke taman rekreasi
untuk menghilangkan asap di kepalamu, eotthae?” usul Shin Hye “jika
kepalanya berasap seharusnya bukan pergi ke taman rekreasi…” sambung
Kyuhyun datar “lalu kemana?” tanya Shin Hye mengernyitkan dahinya “ya ke
pemadam kebakaranlah, kepalamu harus segera disiram sebelum terjadi
kebakaran yang lebih besar lagi!” sahut Kyuhyun berhasil membuahkan
pukulan dari kawan-kawannya. Akhirnya mereka pun berangkat ke taman
rekreasi, berusaha menghabiskan waktu hingga matahari petang.
Narasi End
***
Park Shin Hye’s POV
Ah asyiknya hari ini, aku bisa menghabiskan banyak waktu bersama
namchinguku satu-satunya dan bersama sahabat-sahabatku. Lelah juga
bermain di taman rekreasi, rasanya perutku mulai lapar “kau lapar?”
tanya Jong Woon sepertinya memerhatikan aku yang sedang mengelus
perutku, aku jadi malu. Kuanggukkan kepalaku dan tersipu malu “ya sudah,
sebelum pulang bagaimana kalau kita makan dulu sebentar? Eotthae?”
sahut Jong Woon “setuju!!” teriak Kyuhyun paling lantang “yaks! Urusan
makan saja kau paling semangat” sahut Jong Woon “hehehe” kulihat Kyuhyun
terkekeh sembari menggaruk kepalanya.
Sebelum pulang, akhirnya kami memutuskan untuk makan sebentar di salah
satu restoran yang tak jauh dari tempat rekreasi. Kami makan dengan
lahap semua sajian malam ini, Jong Woon bilang kami semua ditraktir
olehnya malam ini. Jelas saja Kyuhyun semakin bersemangat makannya.
“Chagiya, bagaimana kalau aku berhasil mendapatkan beasiswa itu?” tanya
Jong Woon membuatku menghentikan aktivitas makanku “ne, kita pasti
terpisah?” sahutku datar, kulihat Jong Woon mengangguk lemas “walau
terpisah, kau tak akan berpaling dariku kan oppa?” nampaknya mataku
mulai berkaca-kaca, rasanya airmataku tak sanggup dibendung “ne mullon,
kau cinta pertamaku dan aku akan berusaha menjadikan kau cinta
terakhirku. Dengar! Aku akan tetap mencintaimu meski jarak memisahkan
kita” ujarnya memegangi kedua tanganku “yakksoke?” tanyaku menatapnya
penuh harap “ne yakksoke” sahutnya membuat senyumku kembali “ah
jinjja???? Kau yakin kau bisa setia?” ejek Kyuhyun membuat Jong Woonku
kesal “yaks! Kau ini! Ini bukan urusanmu, sudahlah habiskan saja
makanmu!” pekik Jong Woon geram, aku dan Hye Sun hanya bisa terkekeh
melihat mereka yang bersahabat tapi selalu bertengkar.
Park Shin Hye’s POV End
***
Kim Jong Woon’s POV
“Penatnya hari ini” kubanting tubuhku di atas tempat tidurku yang
empuk. Kupejamkan mataku sejenak, berusaha menenangkan kepalaku yang
masih terasa mendidih “jika aku lulus, aku berangkat ke USA. Itu artinya
aku akan meninggalkan Shin Hye, apa aku sanggup jauh darinya?” pikirku
melayang “aku pasti akan sangat merindukannya? Apa aku sanggup menjaga
cintaku padanya? Aku tahu itu pasti sulit, tapi aku harus bisa
menjalaninya. Beasiswa dan Shin Hye adalah masa depanku, mereka
sama-sama penting. Ahhhh pusingnya kepalaku” jeritku membathin.
Kim Jong Woon’s POV End
***
Narasi
Hari berganti, saat-saat tes sudah dilalui kemarin. Kini Jong Woon
tinggal menunggu hasilnya, pikirannya terus dibayangi hal tersebut
membuatnya tak enak makan, tak enak tidur. Dulu ia sangat menginginkan
beasiswa tersebut namun ketika terbesit pikiran ia harus terpisah dengan
Shin Hye ia mendadak tak ingin mendapatkan beasiswa tersebut. Rupanya
ia belum siap terpisah dari yeochingunya saat ini, ia merasa hal
tersebut terlalu berat untuknya dan Shin Hye karena ia harus pergi
melanjutkan kuliah selama 4 tahun.
Ia kembali ke kampus dan menghabiskan waktu seharian bersama dengan
Shin Hye dan teman-temannya. “Hey Jong Woon ah! Kau tidak bosan seharian
berkencan dengan buku? Tengok Shin Hye, dia sampai keriput karena jenuh
dikalahkan oleh buku-bukumu itu!” sahut Kyuhyun sembari merangkul bahu
Hye Sun “yaks! Kau ini bicara apa? Memangnya kau baru tahu aku ini kutu
buku?” pekik Jong Woon sembari membenarkan kacamatanya “kau memang kutu
buku, tapi tidak kah kau kasihan melihat Shin Hye yang kau acuhkan sejak
tadi? Lihat! Kepalanya sampai tumbuh jamur” ucap Kyuhyun sembari
menoleh ke arah Shin Hye yang duduk di samping Hye Sun “ah jinjja???
Benar begitu chagiya?” tanya Jong Woon menoleh ke arah Shin Hye “ah
aniya, kau lanjutkan saja membacanya chagiya! Aku sedang asyik
berbincang dengan Hye Sun kok, kau tenang saja!” sahut Shin Hye melempar
senyuman di wajahnya “eoh, kau dengar! Shin Hye saja tidak protes
kenapa jadi kau yang sibuk? Sebenarnya kekasihku itu Shin Hye atau kau
eoh?” cibir Jong Woon sinis “yaks! Sejak kapan aku menjadi kekasihmu?
Memangnya aku namja apakah?” pekik Kyuhyun kesal.
Seminggu Kemudian…
Saat yang dinanti akhirnya tiba, pengumuman pemenang beasiswa
pertukaran pelajar Korea Selatan dengan USA pun akan diumumkan pada hari
ini. Sejak kemarin malam, pikiran Jong Woon tidak tenang bahkan ia tak
bisa tidur jika terus teringat hari ini. Pagi-pagi sekali Jong Woon
sudah sampai di kampusnya, dengan penuh rasa tegang ia berjalan menuju
madding. Tangannya berkeringat dingin, jantungnya berdegup kencang
“aigho! Kenapa aku jadi begini?” pekiknya sembari jalan melewati lorong
kelas. Dari kejauhan ia melihat suasana yang ramai terjadi di depan
madding “aigho, mereka pasti punya tujuan yang sama denganku? Ya pasti
mereka sedang mencari namanya, apa namaku tertera di sana? Tuhan! Semoga
namaku tertulis di sana, amin” gumamnya menelan ludah. Kim Jong Woon
sudah sampai di depan madding, ia menyelipkan tubuhnya diantara
kerumunan finalis tersebut. Matanya lurus tertuju ke papan pengumuman
tersebut, mata dan jarinya selaras mencari namanya diantara
barisan-barisan nama yang tertera di kertas tersebut “Kim…” ejanya
sembari menunjuk ke sebuah nama “Kim Jong Woon??” bacanya tersentak “ah
jheongmal? Itu namaku, Kim Jong Woon?? Aku lulus??” sahutnya tersentak,
ia mengucek kedua matanya berusaha meyakinkan dirinya sendiri “ah benar
itu namaku, aaaahhhh aku lulusssss!!!!” teriaknya melompat kegirangan,
membuat siswa lain terheran-heran melihatnya.
“Kim Jong Woon!!” seru yang sepertinya sudah ia kenal, ia menoleh ke
arah sumber suara “Kyuhyun ah, Shin Hye chagiya!!” sahut Jong Woon
dengan ekspresi sumringah, kemudian berlari menuju ke arah mereka
berdiri “eotthae????” tanya Shin Hye “coba kau tebak apa hasilnya!” seru
Jong Woon “aish! Jika kulihat dari ekspresimu, aku rasa kau pasti
mendapatkan beasiswa itu bukan?” sahut Shin Hye menyipitkan kedua
matanya, Jong Woon hanya tersenyum simpul “ah jinjjayo???? Kau lulus???”
tanya Kyuhyun menyenggol bahu Jong Woon “ah chukhae chukhae, kau memang
jenius! Ternyata berpacaran dengan buku-buku tebalmu itu berguna juga
ne????” ejek Kyuhyun membuat Jong Woon merasa angkuh “tentu saja,
memangnya kau tidak tahu kalau buku itu jendela dunia eoh?” sahut Jong
Woon dianggukkan oleh Kyuhyun “chukhae hamnida chagiya, akhirnya
cita-citamu diberi jalan. Kau bisa meraih impianmu sesuai harapanmu,
chukhae ne! chuuu…” sahut Shin Hye diakhiri mencium bibir tipis
Jong Woon “aigo!! Aku mau…” ejek Kyuhyun dapat cibiran dari Hye Sun
“makanya kau rajin belajar, pasti Hye Sun akan menciummu” ejek Jong Woon
mencibir “ne, kau jangan bermain game terus! Sesekali belajarlah,
bergaul dengan buku. Itu akan membuatku semakin menyukaimu oppa” tambah
Hye Sun diakhiri senyuman aegyo “ah ne kapan-kapanlah!” sahut Kyuhyun
datar “yaks! Kau ini memang maniak games” ejek Hye Sun.
Jong Woon pulang bersama Shin Hye, Kyuhyun dan Hye Sun. Hari ini Jong
Woon akan mengadakan pesta perayaan keberhasilannya sebelum lusa
berangkat ke negara Paman Sam tersebut. Ia ingin menghabiskan waktunya
yang singkat bersama orang-orang tersayangnya terlebih kepada Shin Hye.
“aigho! Tak ada bahan makanan di kulkas, eotthae?” sahut Jong Woon
membuka kulkas “ah tenang saja, bagaimana kalau aku dan Hye Sun yang
belanja bahan makanan ke supermarket?” sahut Shin Hye sembari merangkul
bahu sahabatnya, Hye Sun “geureyo, kau tidak perlu kuantar kan?” tanya
Jong Woon digelengkan “geureyo, kami berangkat ne!” sahut Shin Hye
kemudian berlalu.
Narasi End…
***
Park Shin Hye’s POV
Hari ini benar-benar menyenangkan buat kami semua sekaligus menyedihkan
buatku, sejujurnya aku merasa sedih karena Jong Woon dan aku harus
terpisah selama empat tahun. Jika aku mengikuti egoku, aku tak ingin dia
pergi meninggalkanku karena aku tak sanggup terpisah darinya karena
rasanya terlalu sakit namun jika aku mengikut akal sehatku aku rasa dia
memang harus mengambil kesempatan emas itu, karena pendidikan lebih
penting untuk masa depannya. Bukankah itu kesempatan langka, tak semua
orang bisa mendapatkan kesempatan itu. Ah pusing aku, pikiranku jadi
dilemma. Aku harus mengikuti egoku atau akal sehatku?. Sudahlah lupakan,
mungkin aku memang harus mengikhlaskan ia pergi.
Kini aku dan Hye Sun berada di dalam sebuah supermarket yang terletak
tak jauh dari rumah Jong Woon, mataku melirik ke setiap benda yang
terpajang rapi di rak supermarket tersebut sementara Hye Sun sibuk
melihat catatan barang apa saja yang kami perlukan “Hye Sun ah!
Eotthae?” sahutku sembari terus mencari bahan yang akan kami beli “mwo?
Eotthae? Mwosun suriya? (apa? Bagaimana? Apa maksudmu?)” tanya Hye Sun
mengalihkan pandangannya ke arahku “hatiku” ucapku menghela napas
“hatimu? Ada apa dengan hatimu? Kau sakit?” tanya Hye Sun mengerutkan
dahinya “ne, aku sakit. Hatiku sakit karena aku harus berpisah dengan
Jong Woonku” sahutku mendaratkan tanganku di atas dadaku “aish! Kukira
kau sakit sungguhan, ternyata kau sedang dilemma ne?” dengus Hye Sun “ne
aku dilemma, aku memang ingin dia sukses tapi aku juga tidak ingin
terpisah darinya. Kau kan tahu kami berpacaran sudah berapa lama, sejak
SMA aku tak pernah terpisah darinya dan sekarang kami harus terpisah,
ini tidak mudah Hye Sun ah!” ucapku rasanya ingin menangis “sabar ne!
bukankah ini demi masa depan kalian juga? Jadi kau harus sabar! Aku
yakin, Jong Woon pun merasakan hal yang sama denganmu tapi aku yakin dia
pasti sedih jika kepergiannya menjadi beban bagi orang yang ia cintai,
kau harus bisa melepasnya. Tenang saja, ia pergi hanya sementara! Kelak
ia akan pulang menjadi orang sukses, hwaiting!!!” sahut Hye Sun
merangkul bahuku, aku memaksa tersenyum “ucapannya ada benarnya, mungkin
hanya aku saja yang terlalu egois. Seharusnya aku member semangat pada
Jong Woon bukan membebani pikirannya” pikirku membathin “Shin Hye ah!”
seru Hye Sun membuyarkan lamunanku “ah ne, kau benar Hye Sun ah! Aku
seharusnya memberi ia semangat dan menghiburnya bukan membuatnya sedih
dan terbebani, gomawo ne atas saranmu” sahutku memulas senyuman ke
arahnya “ne cheonma, itu baru Shin Hye” sahutnya tersenyum lebar “ya
sudah, kita lanjutkan berbelanjanya ne!” seruku “ne, kajja!!” sahutnya
semangat.
Park Shin Hye’ s POV End
***
Kim Jong Woon’s POV
“Sejujurnya, aku bimbang Kyu” sahutku sembari merebahkan tubuhku di
atas tempat tidurku “wae?” tanya Kyu masih sibuk dengan PSPnya “aku
memang menginginkan beasiswa itu sejak lama, saat namaku muncul di papan
pengumuman anganku langsung melambung tinggi. Impian terbesarku kini di
depan mata, aku berteriak kegirangan tetapi kebahagianku mendadak
terhenti ketika egoku memikirkan Shin Hye. Perasaan senang itu berubah
menjadi kelabu, membayangkan jauh darinya membuatku sesak napas dan
merasa bersalah” ujarku membayangkan senyuman manis Shin Hye “aku tahu,
itu pasti berat tapi bukankah kau pernah bilang masa depanmu itu lebih
penting” sahut Kyuhyun menoleh sejenak ke arahku yang berbaring di
sebelahnya “ne memang benar, tapi Shin Hye juga penting karena ia juga
masa depanku. Aku benar-benar merasa bersalah karena harus
meninggalkannya begitu lama, dia pasti sedih dengan keputusanku” sahutku
benar-benar pusing “kau tidak perlu merasa bersalah, sejak awal Shin
Hye kan sudah tahu impianmu jadi kurasa ia pasti bisa memahami posisimu
yang terpenting sekarang adalah kau harus memanfaatkan kesempatan emas
itu dengan baik, jangan sampai kau menyesal nanti. Arasseo?” tumben Kyu
bisa bicara bijak, aigho dia kenapa? “ne kau benar, geureuyo aku akan
menggunakan kesempatan itu dengan baik” ucapku berusaha duduk di
sampingnya “tapi bagaimana jika Shin Hye tidak ada aku? Bagaimana jika
ada namjadeul yang menyukainya dan mendekatinya? Atau namjadeul yang
berusaha mengganggunya sementara aku tak ada di sampingnya, siapa yang
akan melindunginya? Ah eottokhae Kyu ah?” ucapku sembari menggoyangkan
tubuh Kyu. Pikiranku mulai membayangi yang buruk-buruk “yaks! Kau ini
paboya, kau tenang saja! Shin Hye akan kami lindungi, aku, Hye Sun dan
Wookie ah pasti akan melindungi dan menjaganya. Kau tidak perlu cemas
berlebihan!” ucap Kyu menoyor kepalaku “ah jinjja?” tanyaku menyipitkan
kedua mataku “ne, kau tidak perlu cemas! Lagipula aku yakin Shin Hye
yeoja yang setia jadia ia tidak akan berselingkuh di belakangmu,
arachi?” sahut Kyu ada benarnya “ne, semoga semua baik-baik saja!”
sahutku mengangguk “ne” sahut Kyu ikut menggangguk.
Aku dan Kyu segera turun setelah mendengar Shin Hye dan Hye Sun kembali
“Wookie ah, kau baru pulang? Kau dari mana saja eoh?” tanyaku begitu
melihat Wookie muncul dari balik pintu dan sedang mengganti sepatunya
“tadi aku seharian membantu eomma di restoran, jadi aku baru pulang.
Hari ini pengunjung ramai sekali hyung, kasihan eomma” sahutnya sembari
memegangi tali tasnya yang masih membelit di kedua tangannya “oh begitu,
tapi sekarang eomma sudah tak sesibuk tadi kan?” tanyaku digelengkan
olehnya “ah ne hyung bagaimana hasil tesmu? Kau lulus?” tanya Wookie
yang sudah berdiri memegangi gagang pintu kamarnya “ne, aku lulus. Kau
siap-siap kutinggalkan ne!” sahutku membuat kedua matanya terbelalak
“woooaahhh chukhaee hyuungggku” sahutnya berteriak kegirangan dan dengan
sigap memeluk tubuhku “ah aku akan merindukannya” bathinku sembari
memeluk tubuh saengku satu-satunya “ne gomawo saeng! Aku pasti akan
merindukanmu nanti, kau jangan nakal ne! jaga eomma dengan baik selagi
aku tak ada! Ne!” ujarku melepas pelukannya “ne hyung nado, kau tenang
saja! Aku akan menjaga eomma dengan baik dan aku tak akan jadi anak
nakal. Hyung aku pasti akan sangat merindukanmu” ucapnya kulihat kedua
matanya berkaca-kaca “nado” jawabku kembali memeluknya dengan erat.
Setelah semua hidangan siap di meja makan, aku dan yang lainnya mulai
menikmati satu persatu hidangan tersebut. Masakan Shin Hye memang lezat,
aku pasti akan sangat merindukan masakan-masakannya. Kami menikmati
hidangan tersebut dengan sesekali bersenda gurau, mengejek dan sekedar
berbincang. Kami selesaikan makan malam terakhir itu sampai akhirnya
kami memainkan sebuah permainan tradisional yang sudah tak asing lagi.
Di ruang santai, aku dan yang lainnya sudah menyiapkan sebuah botol di
atas lantai yang siap di putar, jika botol itu terhenti di depan kami
maka orang tersebut harus menceritakan sesuatu yang sudah ditentukan “ah
kalian sudah tahu peraturannya bukan?” sahut Wookie “ne” sahut kami
berempat kompak “untuk kali ini jika botol terhenti di depan kita, maka
kita harus menceritakan perasaannya saat ini. Perasaan apa saja dan
kepada siapa saja, eotthae?” sambung Wookie “ne setuju” sahut aku dan
yang lainnya. “Geureyo, kajja kita mulai. Aku putar ne botolnya!” sahut
Wookie kemudian mulai memutarkan botol soju tersebut, kami memerhatikan
gerakan botol tersebut dengan seksama hingga akhirnya terhenti di
depanku “ah hyung, kau yang pertama! Kajja ceritakan perasaanmu saat
ini!” seru Wookie membuatku terdiam sejenak “perasaanku? Saat ini
perasaanku berwarna abu-abu, maksudku perasaanku saat ini benar-benar
tak jelas aku sedih karena aku harus meninggalkan semua orang yang
kusayang besok lusa dan mungkin empat tahun lagi aku baru bisa bertemu
kalian kembali, tapi di sisi lain aku juga senang, senang sekali karena
impian terbesarku saat ini akhirnya bisa kuraih dengan kerja kerasku.
Rasanya aku ingin menangis malam ini, menangis bahagia sekaligus
menangis haru karena harus berpisah dengan kalian” ucapku tak sadar
menitikkan airmata “Chagiya!” seru Shin Hye manja merangkulku dan
menatap pekat kedua mataku “chagiya! Kau tenang saja, aku akan selalu
mendukungmu! Ulljima!” tambahnya malah membuatku semakin sedih “gomawo
chagiya” bisikku “ne hyung kau tenang saja! Kami semua akan selalu
mendukungmu, kau jangan sedih ne hyung! Ulljima!!” sahut Wookie
memaksaku tersenyum meski sejujurnya aku benar-benar ingin menangis
“Jong Woon ah ulljima! Aku yakin awalnya kau dan kita semua tak terbiasa
berjauhan tapi lama kelamaan kita pasti akan terbiasa dengan situasi
itu! Jika awalnya sedih itu hal yang wajar, tapi aku yakin kau dan Shin
Hye pasti bisa melewatinya dengan baik!” tambah Hye Sun bijak “ne
arasseo. Gomawo, jheongmal gomawo” ucapku tak sanggup lagi membendung
airmataku, mereka semua memeluk tubuhku. Rasanya aku semakin tidak ingin
berpisah dari mereka. Waktu terus berjalan, aku dan yang lainnya
bermain hingga larut malam. Bahkan mereka semua menginap di rumahku,
kuperhatikan wajah mereka satu per satu ketika tertidur. Aku pasti akan
merindukan wajah-wajah itu, sampai waktu hamper pagi mataku masih
terjaga. Aku tak bisa tidur karena terlalu memikirkan perpisahan esok
“saranghae, jheongmal saranghaeyo chagiya” kukecup kening Shin Hye yang
sedang tertidur pulas bersama Hye Sun di lantai.
Kim Jong Woon’s POV End
***
Narasi
Hari berganti, akhirnya Jong Woon harus meninggalkan kota Seoul dan
isinya. Tepat pukul 08.00 pagi KST Jong Woon sudah siap berangkat menuju
Incheon Airport, dengan ditemani keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Selama perjalanan Jong Woon terus memegangi kedua tangan Shin Hye,
perasaannya benar-benar tak ingin meninggalkan yeochingunya itu.
Sesekali Shin Hye menyandarkan kepalanya di bahu Jong Woon, tak jauh
berbeda dengan Jong Woon Shin Hye pun sangat takut dan sedih kehilangan
Jong Woon.
Akhirnya mereka sampai di bandara, dengan membawa koper besar serta
beberapa tas yang dililitkan ditubuhnya Jong Woon berjalan lemas menuju
bandara. Tak lama ia sampai, panggilan kepada penumpang yang akan
berangkat ke USA pun berbunyi. Inilah saat-saat terberat dalam hidupnya,
Jong Woon menoleh ke arah keluarga dan sahabatnya yang berdiri di
belakangnya “Hyung Hwaiting!!!” seru Wookie lantang, Jong Woon dengan
sigap memeluk tubuh adiknya tersebut “gomawo Wookie ah! Jaga eomma
dengan baik ne! jangan nakal!” sahutnya sembari memeluk tubuh mungil
Wookie “ne hyung, kau juga jangan nakal ne! jangan lupa makan, jaga
kesehatan! Jangan lupa kabari kami setiap hari, naega bogosipeosseo
hyung” balas Wookie menitikkan airmatanya. Jong Woon bergeser ke
samping, sudah ada eomma yang melebarkan kedua tangannya. Dengan sigap
Jong Woon menyambut kedua tangannya, ia memeluk erat tubuh rentan ibunya
sembari menangis sesegukan “eomma naega bogosipeosseo eomma! Jaga
kesehatanmu ne eomma! Naega saranghaeyo eomma” lirihnya membuat eomma
tak sanggup membendung airmatanya “nado chagiya nado, jaga kesehatanmu!
Jangan lupa baju hangatmu ne!” eomma mencium kening Jong Woon. Jong Woon
kembali bergeser, kini ia berhadapan dengan sahabat sekaligus musuhnya
selama ini “Ullijima! Kau nampak jelek jika sedang menangis, kau seperti
anak kecil yang kehilangan balonnya” ejek Kyuhyun yang sebenarnya
sedang berusaha menahan kesedihannya “gwenchana, aku menangis bukan
ingin balon tapi aku menangis karena aku senang akan berpisah dengan
makhluk yang menyebalkan seperti kau” balas Jong Woon membuat Kyuhyun
memekik kesal “yaks! Kau pasti akan merindukan sahabatmu yang satu ini,
jika kau rindu padaku jangan lupa telepon aku ne!” sahut Kyuhyun memaksa
tersenyum “ne, gomawo!” sahut Jong Woon menarik tangan Kyuhyun dan
memeluknya erat “aku titip Shin Hye ne!” bisik Jong Woon dianggukkan
oleh Kyu. Kini Jong Woon berhadapan dengan Hye Sun, ia melihat airmata
sahabatnya itu terurai dari mata indahnya “Hye Sun ulljima! Aku titip
Shin Hyeku ne!” seru Jong Woon memegangi tangan Hye Sun “ne, aku pasti
akan menjaganya sampai kau kembali. Kau jangan nakal ne!” sahut Hye Sun
lalu memeluk Jong Woon. Terakhir, Jong Woon berhadapan dengan Shin Hye,
hatinya semakin hancur ketika melihat kedua mata Shin Hye yang sudah
sembab akibat menangisi kepergiannya. Tak kuasa menahan haru, Jong Woon
segera menarik tubuh Shin Hye ke dalam pelukan hangatnya. Shin Hye
menangis sejadi-jadinya “oppa! Jaga kesehatanmu di sana ne! jangan lupa
makan, jangan lupa untuk memakai pakaian hangatmu! Kudengar di sana
sedang musim dingin sekarang! Kau jangan nakal ne!” ucap Shin Hye lirih
“ne chag, gomawo sudah mengingatkanku” sahut Jong Woon sesegukan
“jangan lupa untuk selalu mengabari keadaanmu di sana ne!” sahut Shin
Hye dianggukkan “geureyo, aku berangkat ne! kau jaga dirimu di sini
baik-baik. Jheongmal saranghaeyo yeongwonhi chagiya!” sahut Jong Woon
memegangi kedua pipi Shin Hye “ne chagiya hati-hati di jalan, nado
saranghaeyo yeongwonhi chagiya” balas Shin Hye. Jong Woon pun melangkah
menjauh perlahan-lahan, langkahnya terasa berat. Berkali – kali ia
menoleh ke belakang hingga sosoknya menghilang di balik pintu bandara.
Narasi End
***
Kim Jong Woon’s POV
Aku sudah berada di dalam pesawat, kini aku pergi seorang diri tanpa
eomma, domsaeng, chingu dan yeojachinguku hampa rasanya. Kutatap foto
Shin Hye berkali-kali, terbesit sekelabat bayang wajahnya di kepalaku
saat tersenyum. Memoriku kembali terbangun dengan saat-saat terindah
bersama Shin Hye selama beberapa tahun belakangan, ah pikiran ini
benar-benar membuatku bimbang setengah mati. Kupandangi langit sembari
menikmati alunan musik yang mengalir melalu kabel-kabel headphoneku, tak
jarang juga kupejamkan kedua mataku dan mengingat wajah orang-orang
yang kucintai. Eomma, Wookie naega bogosipho.
Kim Jong Woon’s POV End
***
Park Shin Hye’s POV
“Shin Hye ah! Gwenchanayo?” tanya Hye Sun merangkul bahuku, kuanggukan
kepalaku dan memaksa tersenyum “kau yakin?” tanyanya lagi kuanggukkan
“Shin Hye ah! Kau jangan sedih ne, dia pasti kembali” sahut Hye Sun lagi
“Hye Sun? aku hanya tak yakin mampu bertahan tanpanya, ini terlalu
berat untukku” sahutku berkaca-kaca “ne ara, tapi kau tidak mungkin
menghalangi impiannya bukan? Kau pasti sudah tahu betul impiannya sejak
dulu, kau jangan seperti ini! Jika kau bersedih terus itu akan
mengganggu konsentrasinya di sana! Yang ia butuhkan saat ini hanya
dukunganmu, bukan tangisanmu! Kau di sini masih lebih baik karena masih
ada aku, Kyuhyun, ahjumma dan Wookie yang bisa mendengarkan
kegelisahanmu tapi Jong Woon bagaimana? Dia sendiri di sana, ia tak
punya teman untuk mencurahkan kegelisahannya saat ini. Jika kau seperti
ini aku yakin ia pasti berpikir bahwa keputusannya untuk mengambil
beasiswa itu salah. Kau mengerti maksudku kan?” ujar Hye Sun sahabatku
yang bijak “ne ara, gomawo Hye Sun. Kau benar, tidak seharusnya aku
begini. Naega jheongmal paboya” sahutku merasa bodoh kali ini “aniya!
Kau itu tidak pabo chagiya, kau hanya terlalu larut dalam kesedihanmu.
Kau tidak bisa menguasai emosimu, bukan pabo” sahutnya membuatku
tersenyum.
Park Shin Hye’s POV End
***
Narasi
Selang beberapa jam, Jong Woon akhirnya menginjakan kakinya untuk
pertama kali di negara adikuasa tersebut. Matanya melirik ke seluruh
penjuru, mencari sosok orang Korea yang bertugas menjemputnya di
bandara. Dosennya tengah memberitahukan bahwa ada seorang yeoja warga
Korea yang ditugaskan untuk menjemputnya dan menjadi tour guidenya
selama beberapa bulan di Amerika, ia terus mencari sosok yeoja korea
yang membawa banner bertuliskan namanya. “Mana yeoja yang dimaksud
songsaenim? Kenapa aku tak melihat sosok yeoja yang membawa namaku?”
pekiknya celingukan. Ia berjalan menuju sebuah tempat duduk untuk
menunggu, ia duduk sejenak sembari menghilangkan penatnya. Ia tundukan
kepalanya dan memejamkan kedua matanya sejenak, nampaknya ia lelah berat
dengan perjalanannya hari ini. Jong Woon menunggu yeoja itu hingga
tertidur di bangku bandara.
***
Taeyeon’s POV
“Yaks, aku terlambat! Eotthae? Namja itu pasti sudah pergi meninggalkan
bandara” pekikku sembari menyetir mobilku “ini semua gara-gara tugasku
yang menumpuk aku jadi melupakan perintah appa untuk menjemput siswanya…
naega paboya!” tambahku benar-benar kesal dengan tugas rumahku yang
menumpuk. Akh aku terlambat satu jam, bagaimana ini? Aku tak yakin namja
itu masih di bandara? Kuharap dia masih menungguku” pekikku kini
berlari menuju terminal turunnya para penumpang. Sesampainya di dalam,
aku menghentikan langkahku dan berusaha mengatur napasku yang terengah.
Kualihkan pandanganku ke setiap sudut “aigho! Sudah sepi, di mana namja
itu ne?” aku benar-benar merasa bersalah, bagaimana jika namja itu
tersesat? Appa bilang dia belum tahu Amerika, aigho matilah kau Taeyeon.
Aku masih berusaha mencari sosok namja itu dengan banner tertuliskan
namanya, tapi kenapa aku tak menemukan sosoknya. Changkaman! Aku melihat
ada seorang namja memakai pakaian rapat dengan topi di kepalanya sedang
tertunduk sendiri di salah satu bangku tunggu “sebaiknya aku tanya dia?
Siapa tahu saja ia melihat namja yang kumaksud? Ah tapi kan aku tidak
tahu ciri – ciri namja itu? Aahh eottokhae?” bathinku “excusme!! Sir!!
(permisi!! Pak!!)” sapaku menggoyangkan tubuh namja asing tersebut praakkk….
“aigho! Kenapa namja itu? Apa dia pingsan?” kulihat namja itu
tergeletak tubuhnya saat kugoyangkan tadi “aigho! Kenapa harus aku yang
menemukannya pingsan di sini? Ah matilah aku, sudah pasti aku yang harus
mengurusnya” dengusku kesal “sebaiknya aku segera mencari bantuan”
sahutku berlari menemui security.
TBC
Ah
eotthae????? Kira-kira Tae ah ketemu siapa ne????? Akankah dia
menemukan siswa bernama Kim Jong Woon itu???? Hmmmm... Penasaran ne????
Tunggu Chapter Terakhirnya ne!!! Jangan Lupa RCLnya ne!! Thor Tunggu!!!
Gamsahamnida^^ *bow
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Jejak Disini Chingudeul!!