2 April 2013

Promise You - Part 1 (Double Shot)



Title         : Promise You
Author     : Han Ha Rin

Main Cast :

1.   Yesung As Kim Jong Woon
2.   Park Shin Hye As Park Shin Hye
3.   Lee Hyuk Jae As Lee Hyuk Jae
4.   Taeyeon As Taeyeon

Additional Cast :

1.   Kim Ryeowook As Kim Ryeowook
2.   Cho Kyuhyun As Cho Kyuhyun
3.   Goo Hye Sun As Go Hye Sun

Genre       : Romance

**********************************************************************
Annyeong Haseyo readers yeorobun….. Author is back nih,, Mau share fanfiction Double Shot pertama thor….. Thor kali ini masih memakai cast dari Super Junior Oppadeul, tau kenapa? Karena thor cinta mati ma namja-namja yang satu ntu.. So jadi selalu pengen memakai mereka deh buat melampiaskan imajinasi-imajinasi thor yang gaje…. Kekekeke…!!!

Yesungmin lah kita langsung ke TKP ajah nyok!! Happy Reading Yeorobun….. ^o^

**********************************************************************

Kim Jong Woon’s POV

          Krrriiiingggg…. Kriiiinnnggggg….!!!!!!!!!! Kudengar suara alarmku berbunyi, namun mataku masih terasa lengket enggan untuk kubuka. Kurasa memejamkan mata lima menit lagi cukup untuk menghilangkan kantukku. “Promise you kimiwo omotte bokuwa ikuruyo” yaks kenapa pagi-pagi begini menelponku??? Baru saja aku ingin memejamkan mataku sudah terganggu “yoboseyo!” sapaku parau “chagiya, ireona!!!” aigho ternyata Park Shin Hye yeojachinguku, kenapa dia tahu aku masih di tempat tidur? “ne chagiya” sahutku berusaha duduk dan masih mengucek kedua mataku “hari ini kan kau ada tes beasiswa jadi kau harus semangat! Kajja chagiya hwaiting hwaiting!!” ucapnya kenapa selalu ceria “ah ne aku lupa jam 9 aku tes, geureyo aku bangun. Gomawo sudah membangunkanku chagiya, aku mandi dulu ne!” jawabku yang hampir lupa dengan tes hari ini “ne chagi, hwaiting!” teriaknya lagi. Tes itu merupakan tes impianku, sejak lama aku menginginkannya karena aku ingin sekali mengambil fakultas kedokteran di USA. Dengan rasa malas yang masih membebani bahuku aku segera turun dari tempat tidurku dan segera meraih handuk berwarna merahku yang tergantung di belakang pintu kamar mandiku.


          Seusai mandi dan menyiapkan semuanya aku segera menuju dapur, sekedar mengisi perut sebelum memulai tes hari ini. Ah jujur saja, aku benar-benar gugup dan tak percaya diri hari ini. “Joheun achiemeyo Eomma, Wookie ah (selamat pagi Eomma, Wookie ah)” sapaku sembari duduk di salah satu bangku meja makan bundar di ruang makanku. Kulihat Wookie adikku sedang asyik membantu eomma memasak. “Kau sudah siap menghadapi tes hari ini hyung?” tanya Wookie menoleh ke arahku sembari memegangi pan “eum, aku siap! Tapi sejujurnya aku benar-benar gugup sampai-sampai aku baru bisa tidur jam 3 pagi, eotthae?” jawabku menyantap sesuap chapcae yang sudah tersedia di meja “jika sudah siap kenapa harus gugup? Memangnya persiapanmu belum masak juga?” ucap Wookie kini membalikkan tubuhnya ke arah meja makan “aniya, aku hanya kurang percaya diri saja dan aku bingung bagaimana cara mengatasi perasaanku ini” belaku masih sibuk mengunyah beberapa suap makanan “kau kan sudah belajar keras sejak satu bulan yang lalu, itu artinya persiapanmu sudah masak jadi kau tinggal serahkan kepada Tuhan untuk hasilnya, setidaknya kau sudah usaha bukan?” ucapnya kuanggukkan “kau itu kan jenius, aku yakin kau bisa mendapatkan beasiswa impianmu itu. Percayalah pada Tuhan dan berusahalah dengan baik! Hwaiting hyung!!!” Wookie itu bicara sok tua sekali ah tapi ucapan dia ada benarnya juga sih “ne, kau pasti bisa chagiya! Kau kan putra eomma yang paling jenius jadi kau pasti bisa mendapatkan beasiswa itu ne! Optimislah!” tambah eomma sembari menuangkan segelas susu ke dalam gelasku “gomawo eomma, gomawo untuk dukungan dari kalian. Do’a kan aku ne!!” ucapku benar-benar gugup “ne kami pasti do’akanmu Kim Jong Woon!” ucap kedua orang yang kusayang tersebut dengan lantang. Aku hanya tersenyum dan merasa sedikit lebih tenang, seusai menghabiskan sarapanku aku segera bergegas ke kampus bersama Wookie dalam satu mobil sportku.

Kim Jong Woon’s POV End

***

Narasi

          Sesampainya di kampus, Jong Woon bergegas lari menuju ruang tes. Ia tak ingin telat mengikuti tes beasiswa tersebut meski hanya satu detik “aku harus ke ruang tes, nanti kita bertemu lagi ne chagi” sahut Jong Woon dengan Shin Hye sembari mencium kening yeojachingunya itu “ne chagi, gwenchana. Hwaiting Hwaiting!!!!” sahut Shin Hye seperti seorang cheersleader “ne Jong Woon ah Hwaiting! Kau pasti bisa!” tambah Cho Kyuhyun sahabatnya sejak kecil itu “ne, gomawo” teriak Jong Woon sembari melambaikan tangannya dan berlari “Kyuhyun ah kajja kita ke kelas!” seru Shin Hye dianggukkan oleh Kyuhyun. Jong Woon pun sampai di ruang tes, keringat dingin mengalir deras di wajahnya begitu ia melihat betapa banyaknya jumlah peserta yang mengikuti tes beasiswa tersebut “aigho! Banyak sekali pesaingku? Kenapa nyaliku mendadak menciut?” pekiknya menelan ludah “ah aniya! Aku pasti bisa mengalahkan mereka, ne aku pasti bisa!! Kim Jong Woon Hwaiting!” teriaknya dalam bathin dan berusaha melangkah memasuki ruangan itu.


           Tepat pukul 12.00 KST Jong Woon keluar dari ruang tes, di depan ruang tersebut Kyuhyun, Shin Hye dan Goo Hye Sun (kekasih Kyuhyun) sudah berdiri menantinya. Jong Woon keluar dengan lemas, wajahnya nampak kusut dan tak bergairah “chagiya, waeyo?” tanya Shin Hye menarik tangan Jong Woon. Jong Woon menatap datar ketiganya dan sesekali menarik napasnya “kau itu? Kenapa ekspresimu begitu? Kau seperti ayam mau mati saja” ejek Kyuhyun “yaks! Kau itu” pekik Jong Woon mengepalkan tangannya sementara Kyuhyun sudah menyilangkan kedua tangan di depan wajahnya “chagiya kenapa kau lemas? Apa kau tak bisa menyelesaikan tesnya?” tanya Shin Hye digelengkan oleh Jong Woon “lalu?” tanya Hye Sun mengernyitkan keningnya “aku berhasil menyelesaikan semuanya, soalnya sulit sekali sampai-sampai kepalaku berasap! Ah peningnya” sahut Jong Woon memegangi kepalanya “ah kalau begitu bagaimana kalau kita pergi ke taman rekreasi untuk menghilangkan asap di kepalamu, eotthae?” usul Shin Hye “jika kepalanya berasap seharusnya bukan pergi ke taman rekreasi…” sambung Kyuhyun datar “lalu kemana?” tanya Shin Hye mengernyitkan dahinya “ya ke pemadam kebakaranlah, kepalamu harus segera disiram sebelum terjadi kebakaran yang lebih besar lagi!” sahut Kyuhyun berhasil membuahkan pukulan dari kawan-kawannya. Akhirnya mereka pun berangkat ke taman rekreasi, berusaha menghabiskan waktu hingga matahari petang.

Narasi End

***

Park Shin Hye’s POV

          Ah asyiknya hari ini, aku bisa menghabiskan banyak waktu bersama namchinguku satu-satunya dan bersama sahabat-sahabatku. Lelah juga bermain di taman rekreasi, rasanya perutku mulai lapar “kau lapar?” tanya Jong Woon sepertinya memerhatikan aku yang sedang mengelus perutku, aku jadi malu. Kuanggukkan kepalaku dan tersipu malu “ya sudah, sebelum pulang bagaimana kalau kita makan dulu sebentar? Eotthae?” sahut Jong Woon “setuju!!” teriak Kyuhyun paling lantang “yaks! Urusan makan saja kau paling semangat” sahut Jong Woon “hehehe” kulihat Kyuhyun terkekeh sembari menggaruk kepalanya.


          Sebelum pulang, akhirnya kami memutuskan untuk makan sebentar di salah satu restoran yang tak jauh dari tempat rekreasi. Kami makan dengan lahap semua sajian malam ini, Jong Woon bilang kami semua ditraktir olehnya malam ini. Jelas saja Kyuhyun semakin bersemangat makannya. “Chagiya, bagaimana kalau aku berhasil mendapatkan beasiswa itu?” tanya Jong Woon membuatku menghentikan aktivitas makanku “ne, kita pasti terpisah?” sahutku datar, kulihat Jong Woon mengangguk lemas “walau terpisah, kau tak akan berpaling dariku kan oppa?” nampaknya mataku mulai berkaca-kaca, rasanya airmataku tak sanggup dibendung “ne mullon, kau cinta pertamaku dan aku akan berusaha menjadikan kau cinta terakhirku. Dengar! Aku akan tetap mencintaimu meski jarak memisahkan kita” ujarnya memegangi kedua tanganku “yakksoke?” tanyaku menatapnya penuh harap “ne yakksoke” sahutnya membuat senyumku kembali “ah jinjja???? Kau yakin kau bisa setia?” ejek Kyuhyun membuat Jong Woonku kesal “yaks! Kau ini! Ini bukan urusanmu, sudahlah habiskan saja makanmu!” pekik Jong Woon geram, aku dan Hye Sun hanya bisa terkekeh melihat mereka yang bersahabat tapi selalu bertengkar.

Park Shin Hye’s POV End

***

Kim Jong Woon’s POV

          “Penatnya hari ini” kubanting tubuhku di atas tempat tidurku yang empuk. Kupejamkan mataku sejenak, berusaha menenangkan kepalaku yang masih terasa mendidih “jika aku lulus, aku berangkat ke USA. Itu artinya aku akan meninggalkan Shin Hye, apa aku sanggup jauh darinya?” pikirku melayang “aku pasti akan sangat merindukannya? Apa aku sanggup menjaga cintaku padanya? Aku tahu itu pasti sulit, tapi aku harus bisa menjalaninya. Beasiswa dan Shin Hye adalah masa depanku, mereka sama-sama penting. Ahhhh pusingnya kepalaku” jeritku membathin.

Kim Jong Woon’s POV End

***

Narasi

          Hari berganti, saat-saat tes sudah dilalui kemarin. Kini Jong Woon tinggal menunggu hasilnya, pikirannya terus dibayangi hal tersebut membuatnya tak enak makan, tak enak tidur. Dulu ia sangat menginginkan beasiswa tersebut namun ketika terbesit pikiran ia harus terpisah dengan Shin Hye ia mendadak tak ingin mendapatkan beasiswa tersebut. Rupanya ia belum siap terpisah dari yeochingunya saat ini, ia merasa hal tersebut terlalu berat untuknya dan Shin Hye karena ia harus pergi melanjutkan kuliah selama 4 tahun.


          Ia kembali ke kampus dan menghabiskan waktu seharian bersama dengan Shin Hye dan teman-temannya. “Hey Jong Woon ah! Kau tidak bosan seharian berkencan dengan buku? Tengok Shin Hye, dia sampai keriput karena jenuh dikalahkan oleh buku-bukumu itu!” sahut Kyuhyun sembari merangkul bahu Hye Sun “yaks! Kau ini bicara apa? Memangnya kau baru tahu aku ini kutu buku?” pekik Jong Woon sembari membenarkan kacamatanya “kau memang kutu buku, tapi tidak kah kau kasihan melihat Shin Hye yang kau acuhkan sejak tadi? Lihat! Kepalanya sampai tumbuh jamur” ucap Kyuhyun sembari menoleh ke arah Shin Hye yang duduk di samping Hye Sun “ah jinjja??? Benar begitu chagiya?” tanya Jong Woon menoleh ke arah Shin Hye “ah aniya, kau lanjutkan saja membacanya chagiya! Aku sedang asyik berbincang dengan Hye Sun kok, kau tenang saja!” sahut Shin Hye melempar senyuman di wajahnya “eoh, kau dengar! Shin Hye saja tidak protes kenapa jadi kau yang sibuk? Sebenarnya kekasihku itu Shin Hye atau kau eoh?” cibir Jong Woon sinis “yaks! Sejak kapan aku menjadi kekasihmu? Memangnya aku namja apakah?” pekik Kyuhyun kesal.

Seminggu Kemudian…

          Saat yang dinanti akhirnya tiba, pengumuman pemenang beasiswa pertukaran pelajar Korea Selatan dengan USA pun akan diumumkan pada hari ini.  Sejak kemarin malam, pikiran Jong Woon tidak tenang bahkan ia tak bisa tidur jika terus teringat hari ini. Pagi-pagi sekali Jong Woon sudah sampai di kampusnya, dengan penuh rasa tegang ia berjalan menuju madding. Tangannya berkeringat dingin, jantungnya berdegup kencang “aigho! Kenapa aku jadi begini?” pekiknya sembari jalan melewati lorong kelas. Dari kejauhan ia melihat suasana yang ramai terjadi di depan madding “aigho, mereka pasti punya tujuan yang sama denganku? Ya pasti mereka sedang mencari namanya, apa namaku tertera di sana? Tuhan! Semoga namaku tertulis di sana, amin” gumamnya menelan ludah. Kim Jong Woon sudah sampai di depan madding, ia menyelipkan tubuhnya diantara kerumunan finalis tersebut. Matanya lurus tertuju ke papan pengumuman tersebut, mata dan jarinya selaras mencari namanya diantara barisan-barisan nama yang tertera di kertas tersebut “Kim…” ejanya sembari menunjuk ke sebuah nama “Kim Jong Woon??” bacanya tersentak “ah jheongmal? Itu namaku, Kim Jong Woon?? Aku lulus??” sahutnya tersentak, ia mengucek kedua matanya berusaha meyakinkan dirinya sendiri “ah benar itu namaku, aaaahhhh aku lulusssss!!!!” teriaknya melompat kegirangan, membuat siswa lain terheran-heran melihatnya.

          “Kim Jong Woon!!” seru yang sepertinya sudah ia kenal, ia menoleh ke arah sumber suara “Kyuhyun ah, Shin Hye chagiya!!” sahut Jong Woon dengan ekspresi sumringah, kemudian berlari menuju ke arah mereka berdiri “eotthae????” tanya Shin Hye “coba kau tebak apa hasilnya!” seru Jong Woon “aish! Jika kulihat dari ekspresimu, aku rasa kau pasti mendapatkan beasiswa itu bukan?” sahut Shin Hye menyipitkan kedua matanya, Jong Woon hanya tersenyum simpul “ah jinjjayo???? Kau lulus???” tanya Kyuhyun menyenggol bahu Jong Woon “ah chukhae chukhae, kau memang jenius! Ternyata berpacaran dengan buku-buku tebalmu itu berguna juga ne????” ejek Kyuhyun membuat Jong Woon merasa angkuh “tentu saja, memangnya kau tidak tahu kalau buku itu jendela dunia eoh?” sahut Jong Woon dianggukkan oleh Kyuhyun “chukhae hamnida chagiya, akhirnya cita-citamu diberi jalan. Kau bisa meraih impianmu sesuai harapanmu, chukhae ne! chuuu…” sahut Shin Hye diakhiri mencium bibir tipis Jong Woon “aigo!! Aku mau…” ejek Kyuhyun dapat cibiran dari Hye Sun “makanya kau rajin belajar, pasti Hye Sun akan menciummu” ejek Jong Woon mencibir “ne, kau jangan bermain game terus! Sesekali belajarlah, bergaul dengan buku. Itu akan membuatku semakin menyukaimu oppa” tambah Hye Sun diakhiri senyuman aegyo “ah ne kapan-kapanlah!” sahut Kyuhyun datar “yaks! Kau ini memang maniak games” ejek Hye Sun.


          Jong Woon pulang bersama Shin Hye, Kyuhyun dan Hye Sun. Hari ini Jong Woon akan mengadakan pesta perayaan keberhasilannya sebelum lusa berangkat ke negara Paman Sam tersebut. Ia ingin menghabiskan waktunya yang singkat bersama orang-orang tersayangnya terlebih kepada Shin Hye. “aigho! Tak ada bahan makanan di kulkas, eotthae?” sahut Jong Woon membuka kulkas “ah tenang saja, bagaimana kalau aku dan Hye Sun yang belanja bahan makanan ke supermarket?” sahut Shin Hye sembari merangkul bahu sahabatnya, Hye Sun “geureyo, kau tidak perlu kuantar kan?” tanya Jong Woon digelengkan “geureyo, kami berangkat ne!” sahut Shin Hye kemudian berlalu.

Narasi End…

***

Park Shin Hye’s POV

          Hari ini benar-benar menyenangkan buat kami semua sekaligus menyedihkan buatku, sejujurnya aku merasa sedih karena Jong Woon dan aku harus terpisah selama empat tahun. Jika aku mengikuti egoku, aku tak ingin dia pergi meninggalkanku karena aku tak sanggup terpisah darinya karena rasanya terlalu sakit namun jika aku mengikut akal sehatku aku rasa dia memang harus mengambil kesempatan emas itu, karena pendidikan lebih penting untuk masa depannya. Bukankah itu kesempatan langka, tak semua orang bisa mendapatkan kesempatan itu. Ah pusing aku, pikiranku jadi dilemma. Aku harus mengikuti egoku atau akal sehatku?. Sudahlah lupakan, mungkin aku memang harus mengikhlaskan ia pergi.


          Kini aku dan Hye Sun berada di dalam sebuah supermarket yang terletak tak jauh dari rumah Jong Woon, mataku melirik ke setiap benda yang terpajang rapi di rak supermarket tersebut sementara Hye Sun sibuk melihat catatan barang apa saja yang kami perlukan “Hye Sun ah! Eotthae?” sahutku sembari terus mencari bahan yang akan kami beli “mwo? Eotthae? Mwosun suriya? (apa? Bagaimana? Apa maksudmu?)” tanya Hye Sun mengalihkan pandangannya ke arahku “hatiku” ucapku menghela napas “hatimu? Ada apa dengan hatimu? Kau sakit?” tanya Hye Sun mengerutkan dahinya “ne, aku sakit. Hatiku sakit karena aku harus berpisah dengan Jong Woonku” sahutku mendaratkan tanganku di atas dadaku “aish! Kukira kau sakit sungguhan, ternyata kau sedang dilemma ne?” dengus Hye Sun “ne aku dilemma, aku memang ingin dia sukses tapi aku juga tidak ingin terpisah darinya. Kau kan tahu kami berpacaran sudah berapa lama, sejak SMA aku tak pernah terpisah darinya dan sekarang kami harus terpisah, ini tidak mudah Hye Sun ah!” ucapku rasanya ingin menangis “sabar ne! bukankah ini demi masa depan kalian juga? Jadi kau harus sabar! Aku yakin, Jong Woon pun merasakan hal yang sama denganmu tapi aku yakin dia pasti sedih jika kepergiannya menjadi beban bagi orang yang ia cintai, kau harus bisa melepasnya. Tenang saja, ia pergi hanya sementara! Kelak ia akan pulang menjadi orang sukses, hwaiting!!!” sahut Hye Sun merangkul bahuku, aku memaksa tersenyum “ucapannya ada benarnya, mungkin hanya aku saja yang terlalu egois. Seharusnya aku member semangat pada Jong Woon bukan membebani pikirannya” pikirku membathin “Shin Hye ah!” seru Hye Sun membuyarkan lamunanku “ah ne, kau benar Hye Sun ah! Aku seharusnya memberi ia semangat dan menghiburnya bukan membuatnya sedih dan terbebani, gomawo ne atas saranmu” sahutku memulas senyuman ke arahnya “ne cheonma, itu baru Shin Hye” sahutnya tersenyum lebar “ya sudah, kita lanjutkan berbelanjanya ne!” seruku “ne, kajja!!” sahutnya semangat.

Park Shin Hye’ s POV End

***

Kim Jong Woon’s POV

          “Sejujurnya, aku bimbang Kyu” sahutku sembari merebahkan tubuhku di atas tempat tidurku “wae?” tanya Kyu masih sibuk dengan PSPnya “aku memang menginginkan beasiswa itu sejak lama, saat namaku muncul di papan pengumuman anganku langsung melambung tinggi. Impian terbesarku kini di depan mata, aku berteriak kegirangan tetapi kebahagianku mendadak terhenti ketika egoku memikirkan Shin Hye. Perasaan senang itu berubah menjadi kelabu, membayangkan jauh darinya membuatku sesak napas dan merasa bersalah” ujarku membayangkan senyuman manis Shin Hye “aku tahu, itu pasti berat tapi bukankah kau pernah bilang masa depanmu itu lebih penting” sahut Kyuhyun menoleh sejenak ke arahku yang berbaring di sebelahnya “ne memang benar, tapi Shin Hye juga penting karena ia juga masa depanku. Aku benar-benar merasa bersalah karena harus meninggalkannya begitu lama, dia pasti sedih dengan keputusanku” sahutku benar-benar pusing “kau tidak perlu merasa bersalah, sejak awal Shin Hye kan sudah tahu impianmu jadi kurasa ia pasti bisa memahami posisimu yang terpenting sekarang adalah kau harus memanfaatkan kesempatan emas itu dengan baik, jangan sampai kau menyesal nanti. Arasseo?” tumben Kyu bisa bicara bijak, aigho dia kenapa? “ne kau benar, geureuyo aku akan menggunakan kesempatan itu dengan baik” ucapku berusaha duduk di sampingnya “tapi bagaimana jika Shin Hye tidak ada aku? Bagaimana jika ada namjadeul yang menyukainya dan mendekatinya? Atau namjadeul yang berusaha mengganggunya sementara aku tak ada di sampingnya, siapa yang akan melindunginya? Ah eottokhae Kyu ah?” ucapku sembari menggoyangkan tubuh Kyu. Pikiranku mulai membayangi yang buruk-buruk “yaks! Kau ini paboya, kau tenang saja! Shin Hye akan kami lindungi, aku, Hye Sun dan Wookie ah pasti akan melindungi dan menjaganya. Kau tidak perlu cemas berlebihan!” ucap Kyu menoyor kepalaku “ah jinjja?” tanyaku menyipitkan kedua mataku “ne, kau tidak perlu cemas! Lagipula aku yakin Shin Hye yeoja yang setia jadia ia tidak akan berselingkuh di belakangmu, arachi?” sahut Kyu ada benarnya “ne, semoga semua baik-baik saja!” sahutku mengangguk “ne” sahut Kyu ikut menggangguk.

          Aku dan Kyu segera turun setelah mendengar Shin Hye dan Hye Sun kembali “Wookie ah, kau baru pulang? Kau dari mana saja eoh?” tanyaku begitu melihat Wookie muncul dari balik pintu dan sedang mengganti sepatunya “tadi aku seharian membantu eomma di restoran, jadi aku baru pulang. Hari ini pengunjung ramai sekali hyung, kasihan eomma” sahutnya sembari memegangi tali tasnya yang masih membelit di kedua tangannya “oh begitu, tapi sekarang eomma sudah tak sesibuk tadi kan?” tanyaku digelengkan olehnya “ah ne hyung bagaimana hasil tesmu? Kau lulus?” tanya Wookie yang sudah berdiri memegangi gagang pintu kamarnya “ne, aku lulus. Kau siap-siap kutinggalkan ne!” sahutku membuat kedua matanya terbelalak “woooaahhh chukhaee hyuungggku” sahutnya berteriak kegirangan dan dengan sigap memeluk tubuhku “ah aku akan merindukannya” bathinku sembari memeluk tubuh saengku satu-satunya “ne gomawo saeng! Aku pasti akan merindukanmu nanti, kau jangan nakal ne! jaga eomma dengan baik selagi aku tak ada! Ne!” ujarku melepas pelukannya “ne hyung nado, kau tenang saja! Aku akan menjaga eomma dengan baik dan aku tak akan jadi anak nakal. Hyung aku pasti akan sangat merindukanmu” ucapnya kulihat kedua matanya berkaca-kaca “nado” jawabku kembali memeluknya dengan erat.


          Setelah semua hidangan siap di meja makan, aku dan yang lainnya mulai menikmati satu persatu hidangan tersebut. Masakan Shin Hye memang lezat, aku pasti akan sangat merindukan masakan-masakannya. Kami menikmati hidangan tersebut dengan sesekali bersenda gurau, mengejek dan sekedar berbincang. Kami selesaikan makan malam terakhir itu sampai akhirnya kami memainkan sebuah permainan tradisional yang sudah tak asing lagi. Di ruang santai, aku dan yang lainnya sudah menyiapkan sebuah botol di atas lantai yang siap di putar, jika botol itu terhenti di depan kami maka orang tersebut harus menceritakan sesuatu yang sudah ditentukan “ah kalian sudah tahu peraturannya bukan?” sahut Wookie “ne” sahut kami berempat kompak “untuk kali ini jika botol terhenti di depan kita, maka kita harus menceritakan perasaannya saat ini. Perasaan apa saja dan kepada siapa saja, eotthae?” sambung Wookie “ne setuju” sahut aku dan yang lainnya. “Geureyo, kajja kita mulai. Aku putar ne botolnya!” sahut Wookie kemudian mulai memutarkan botol soju tersebut, kami memerhatikan gerakan botol tersebut dengan seksama hingga akhirnya terhenti di depanku “ah hyung, kau yang pertama! Kajja ceritakan perasaanmu saat ini!” seru Wookie membuatku terdiam sejenak “perasaanku? Saat ini perasaanku berwarna abu-abu, maksudku perasaanku saat ini benar-benar tak jelas aku sedih karena aku harus meninggalkan semua orang yang kusayang besok lusa dan mungkin empat tahun lagi aku baru bisa bertemu kalian kembali, tapi di sisi lain aku juga senang, senang sekali karena impian terbesarku saat ini akhirnya bisa kuraih dengan kerja kerasku. Rasanya aku ingin menangis malam ini, menangis bahagia sekaligus menangis haru karena harus berpisah dengan kalian” ucapku tak sadar menitikkan airmata “Chagiya!” seru Shin Hye manja merangkulku dan menatap pekat kedua mataku “chagiya! Kau tenang saja, aku akan selalu mendukungmu! Ulljima!” tambahnya malah membuatku semakin sedih “gomawo chagiya” bisikku “ne hyung kau tenang saja! Kami semua akan selalu mendukungmu, kau jangan sedih ne hyung! Ulljima!!” sahut Wookie memaksaku tersenyum meski sejujurnya aku benar-benar ingin menangis “Jong Woon ah ulljima! Aku yakin awalnya kau dan kita semua tak terbiasa berjauhan tapi lama kelamaan kita pasti akan terbiasa dengan situasi itu! Jika awalnya sedih itu hal yang wajar, tapi aku yakin kau dan Shin Hye pasti bisa melewatinya dengan baik!” tambah Hye Sun bijak “ne arasseo. Gomawo, jheongmal gomawo” ucapku tak sanggup lagi membendung airmataku, mereka semua memeluk tubuhku. Rasanya aku semakin tidak ingin berpisah dari mereka. Waktu terus berjalan, aku dan yang lainnya bermain hingga larut malam. Bahkan mereka semua menginap di rumahku, kuperhatikan wajah mereka satu per satu ketika tertidur. Aku pasti akan merindukan wajah-wajah itu, sampai waktu hamper pagi mataku masih terjaga. Aku tak bisa tidur karena terlalu memikirkan perpisahan esok “saranghae, jheongmal saranghaeyo chagiya” kukecup kening Shin Hye yang sedang tertidur pulas bersama Hye Sun di lantai.

Kim Jong Woon’s POV End

***

Narasi

          Hari berganti, akhirnya Jong Woon harus meninggalkan kota Seoul dan isinya. Tepat pukul 08.00 pagi KST Jong Woon sudah siap berangkat menuju Incheon Airport, dengan ditemani keluarga dan sahabat-sahabatnya. Selama perjalanan Jong Woon terus memegangi kedua tangan Shin Hye, perasaannya benar-benar tak ingin meninggalkan yeochingunya itu. Sesekali Shin Hye menyandarkan kepalanya di bahu Jong Woon, tak jauh berbeda dengan Jong Woon Shin Hye pun sangat takut dan sedih kehilangan Jong Woon.



          Akhirnya mereka sampai di bandara, dengan membawa koper besar serta beberapa tas yang dililitkan ditubuhnya Jong Woon berjalan lemas menuju bandara. Tak lama ia sampai, panggilan kepada penumpang yang akan berangkat ke USA pun berbunyi. Inilah saat-saat terberat dalam hidupnya, Jong Woon menoleh ke arah keluarga dan sahabatnya yang berdiri di belakangnya “Hyung Hwaiting!!!” seru Wookie lantang, Jong Woon dengan sigap memeluk tubuh adiknya tersebut “gomawo Wookie ah! Jaga eomma dengan baik ne! jangan nakal!” sahutnya sembari memeluk tubuh mungil Wookie “ne hyung, kau juga jangan nakal ne! jangan lupa makan, jaga kesehatan! Jangan lupa kabari kami setiap hari, naega bogosipeosseo hyung” balas Wookie menitikkan airmatanya. Jong Woon bergeser ke samping, sudah ada eomma yang melebarkan kedua tangannya. Dengan sigap Jong Woon menyambut kedua tangannya, ia memeluk erat tubuh rentan ibunya sembari menangis sesegukan “eomma naega bogosipeosseo eomma! Jaga kesehatanmu ne eomma! Naega saranghaeyo eomma” lirihnya membuat eomma tak sanggup membendung airmatanya “nado chagiya nado, jaga kesehatanmu! Jangan lupa baju hangatmu ne!” eomma mencium kening Jong Woon. Jong Woon kembali bergeser, kini ia berhadapan dengan sahabat sekaligus musuhnya selama ini “Ullijima! Kau nampak jelek jika sedang menangis, kau seperti anak kecil yang kehilangan balonnya” ejek Kyuhyun yang sebenarnya sedang berusaha menahan kesedihannya “gwenchana, aku menangis bukan ingin balon tapi aku menangis karena aku senang akan berpisah dengan makhluk yang menyebalkan seperti kau” balas Jong Woon membuat Kyuhyun memekik kesal “yaks! Kau pasti akan merindukan sahabatmu yang satu ini, jika kau rindu padaku jangan lupa telepon aku ne!” sahut Kyuhyun memaksa tersenyum “ne, gomawo!” sahut Jong Woon menarik tangan Kyuhyun dan memeluknya erat “aku titip Shin Hye ne!” bisik Jong Woon dianggukkan oleh Kyu. Kini Jong Woon berhadapan dengan Hye Sun, ia melihat airmata sahabatnya itu terurai dari mata indahnya “Hye Sun ulljima! Aku titip Shin Hyeku ne!” seru Jong Woon memegangi tangan Hye Sun “ne, aku pasti akan menjaganya sampai kau kembali. Kau jangan nakal ne!” sahut Hye Sun lalu memeluk Jong Woon. Terakhir, Jong Woon berhadapan dengan Shin Hye, hatinya semakin hancur ketika melihat kedua mata Shin Hye yang sudah sembab akibat menangisi kepergiannya. Tak kuasa menahan haru, Jong Woon segera menarik tubuh Shin Hye ke dalam pelukan hangatnya. Shin Hye menangis sejadi-jadinya “oppa! Jaga kesehatanmu di sana ne! jangan lupa makan, jangan lupa untuk memakai pakaian hangatmu! Kudengar di sana sedang musim dingin sekarang! Kau jangan nakal ne!” ucap Shin Hye lirih “ne chag, gomawo sudah mengingatkanku” sahut Jong Woon  sesegukan “jangan lupa untuk selalu mengabari keadaanmu di sana ne!” sahut Shin Hye dianggukkan “geureyo, aku berangkat ne! kau jaga dirimu di sini baik-baik. Jheongmal saranghaeyo yeongwonhi chagiya!” sahut Jong Woon memegangi kedua pipi Shin Hye “ne chagiya hati-hati di jalan, nado saranghaeyo yeongwonhi chagiya” balas Shin Hye. Jong Woon pun melangkah menjauh perlahan-lahan, langkahnya terasa berat. Berkali – kali ia menoleh ke belakang hingga sosoknya menghilang di balik pintu bandara.

Narasi End

***

Kim Jong Woon’s POV

          Aku sudah berada di dalam pesawat, kini aku pergi seorang diri tanpa eomma, domsaeng, chingu dan yeojachinguku hampa rasanya. Kutatap foto Shin Hye berkali-kali, terbesit sekelabat bayang wajahnya di kepalaku saat tersenyum. Memoriku kembali terbangun dengan saat-saat terindah bersama Shin Hye selama beberapa tahun belakangan, ah pikiran ini benar-benar membuatku bimbang setengah mati. Kupandangi langit sembari menikmati alunan musik yang mengalir melalu kabel-kabel headphoneku, tak jarang juga kupejamkan kedua mataku dan mengingat wajah orang-orang yang kucintai. Eomma, Wookie naega bogosipho.

Kim Jong Woon’s POV End

***

Park Shin Hye’s POV

 

          “Shin Hye ah! Gwenchanayo?” tanya Hye Sun merangkul bahuku, kuanggukan kepalaku dan memaksa tersenyum “kau yakin?” tanyanya lagi kuanggukkan “Shin Hye ah! Kau jangan sedih ne, dia pasti kembali” sahut Hye Sun lagi “Hye Sun? aku hanya tak yakin mampu bertahan tanpanya, ini terlalu berat untukku” sahutku berkaca-kaca “ne ara, tapi kau tidak mungkin menghalangi impiannya bukan? Kau pasti sudah tahu betul impiannya sejak dulu, kau jangan seperti ini! Jika kau bersedih terus itu akan mengganggu konsentrasinya di sana! Yang ia butuhkan saat ini hanya dukunganmu, bukan tangisanmu! Kau di sini masih lebih baik karena masih ada aku, Kyuhyun, ahjumma dan Wookie yang bisa mendengarkan kegelisahanmu tapi Jong Woon bagaimana? Dia sendiri di sana, ia tak punya teman untuk mencurahkan kegelisahannya saat ini. Jika kau seperti ini aku yakin ia pasti berpikir bahwa keputusannya untuk mengambil beasiswa itu salah. Kau mengerti maksudku kan?” ujar Hye Sun sahabatku yang bijak “ne ara, gomawo Hye Sun. Kau benar, tidak seharusnya aku begini. Naega jheongmal paboya” sahutku merasa bodoh kali ini “aniya! Kau itu tidak pabo chagiya, kau hanya terlalu larut dalam kesedihanmu. Kau tidak bisa menguasai emosimu, bukan pabo” sahutnya membuatku tersenyum.

Park Shin Hye’s POV End

***

Narasi

 

          Selang beberapa jam, Jong Woon akhirnya menginjakan kakinya untuk pertama kali di negara adikuasa tersebut. Matanya melirik ke seluruh penjuru, mencari sosok orang Korea yang bertugas menjemputnya di bandara. Dosennya tengah memberitahukan bahwa ada seorang yeoja warga Korea yang ditugaskan untuk menjemputnya dan menjadi tour guidenya selama beberapa bulan di Amerika, ia terus mencari sosok yeoja korea yang membawa banner bertuliskan namanya. “Mana yeoja yang dimaksud songsaenim? Kenapa aku tak melihat sosok yeoja yang membawa namaku?” pekiknya celingukan. Ia berjalan menuju sebuah tempat duduk untuk menunggu, ia duduk sejenak sembari menghilangkan penatnya. Ia tundukan kepalanya dan memejamkan kedua matanya sejenak, nampaknya ia lelah berat dengan perjalanannya hari ini. Jong Woon menunggu yeoja itu hingga tertidur di bangku bandara.

Narasi End

***

Taeyeon’s POV

          “Yaks, aku terlambat! Eotthae? Namja itu pasti sudah pergi meninggalkan bandara” pekikku sembari menyetir mobilku “ini semua gara-gara tugasku yang menumpuk aku jadi melupakan perintah appa untuk menjemput siswanya… naega paboya!” tambahku benar-benar kesal dengan tugas rumahku yang menumpuk. Akh aku terlambat satu jam, bagaimana ini? Aku tak yakin namja itu masih di bandara? Kuharap dia masih menungguku” pekikku kini berlari menuju terminal turunnya para penumpang. Sesampainya di dalam, aku menghentikan langkahku dan berusaha mengatur napasku yang terengah. Kualihkan pandanganku ke setiap sudut “aigho! Sudah sepi, di mana namja itu ne?” aku benar-benar merasa bersalah, bagaimana jika namja itu tersesat? Appa bilang dia belum tahu Amerika, aigho matilah kau Taeyeon.


          Aku masih berusaha mencari sosok namja itu dengan banner tertuliskan namanya, tapi kenapa aku tak menemukan sosoknya. Changkaman! Aku melihat ada seorang namja memakai pakaian rapat dengan topi di kepalanya sedang tertunduk sendiri di salah satu bangku tunggu “sebaiknya aku tanya dia? Siapa tahu saja ia melihat namja yang kumaksud? Ah tapi kan aku tidak tahu ciri – ciri namja itu? Aahh eottokhae?” bathinku “excusme!! Sir!! (permisi!! Pak!!)” sapaku menggoyangkan tubuh namja asing tersebut praakkk…. “aigho! Kenapa namja itu? Apa dia pingsan?” kulihat namja itu tergeletak tubuhnya saat kugoyangkan tadi “aigho! Kenapa harus aku yang menemukannya pingsan di sini? Ah matilah aku, sudah pasti aku yang harus mengurusnya” dengusku kesal “sebaiknya aku segera mencari bantuan” sahutku berlari menemui security.



  TBC

Ah eotthae????? Kira-kira Tae ah ketemu siapa ne????? Akankah dia menemukan siswa bernama Kim Jong Woon itu???? Hmmmm... Penasaran ne???? Tunggu Chapter Terakhirnya ne!!! Jangan Lupa RCLnya ne!! Thor Tunggu!!! Gamsahamnida^^ *bow 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Jejak Disini Chingudeul!!