7 September 2013

Promise You - Part 2 Last Part [Double Shot]


Title         : Promise You
Author     : Han Ha Rin
Main Cast :
1.   Yesung As Kim Jong Woon
 2.   Park Shin Hye As Park Shin Hye 
3.   Lee Hyuk Jae As Lee Hyuk Jae 
4.   Taeyeon As Taeyeon

Additional Cast :
1.   Kim Ryeowook As Kim Ryeowook
 2.   Cho Kyuhyun As Cho Kyuhyun 
3.   Goo Hye Sun As Go Hye Sun

Genre       : Romance

*************************************************************************** 
Annyeong yeorobun... Meudh Sore... Sore-sore gini enaknya baca ff lho... Thor sore ini bawain ff kelanjutan kemarin nih, Yups! Promise You Chapter 2 (Chapter End) Buat yang penasaran, kajja ppali baca nih kelanjutannya biar ga mati penasaran... kekekeke *author mulai gaje... ah yo wis tak perlu panjang lebar (yang lebar cuma SHinppa) mendingan langsung baca nyok... Eits! tapi jangan lupa buat RCLnya yo (Read Comment Like) atau bahasa Indonesianya Baca Komentar Suka... hehehehe *sok ngajarin deh..... Okay happy reading yeorobun.....^^

***************************************************************************

Taeyeon's POV

          Beberapa menit kemudian aku kembali bersama security bandara untuk membawa namja itu ke rumah sakit mungkin “This sir, I don’t know who is he but I found him was collapse in here. Can you help me bring him to the hospital? (Ini Pak, Aku tak tahu dia siapa tetapi aku tengah menemukannya dalam keadaan pingsan di sini)” aku berusaha meminta tolong kepada security berkepala pelontos tersebut “yes miss, but before we bring him to the hospital better we’ll check his condition in Healthy room, can we? (Ya Nona, tetapi sebelum kita membawanya ke rumah sakit sebaiknya kita periksa kondisinya di ruangan kesehatan, bisa?)” sahutnya kuanggukkan. Akhirnya aku membawa namja itu ke ruang kesehatan di bandara, yaks keadaannya begitu memprihatinkan membuatku tak tega meninggalkannya. Kutunggu dokter memeriksanya “miss, are you Korean? (Nona, Apa kau orang Korea?)” tanya dokter yeoja itu kuanggukkan “comin! (masuklah!)” serunya menyuruhku masuk “what happen? (Ada apa?)” tanyaku “I think this man is Korean also, maybe u can communication very well with him after he wake up, how? (Aku rasa pria ini juga orang Korea, mungkin kau bisa berkomunikasi dengan baik padanya setelah dia siuman nanti, bagaimana?)” ucapnya membuatku tak mengerti “what? What you talking about? (Apa? Apa maksudmu?)” tanyaku mengernyitkan dahi “he is fever, we don’t need bring him to the hospital but it’s impossible if he must stay here. So u can bring him to your house for temporary till he wake up (Dia demam, kita tak perlu membawanya ke rumah sakit tapi tidak mungkin kan jika dia harus di rawat di sini. Maka dari itu kau bisa membawanya ke rumahmu untuk sementara waktu hingga ia siuman)” mwo? Kenapa dokter itu berbicara sembarangan? Aigho bertambah lagi bebanku, kenapa harus bertemu namja lemah begini?. Terpaksa aku membawa namja asing itu ke rumahku, dalam keadaan tak sadarkan diri aku membawanya ke rumah. Tubuhnya panas sekali, aku benar-benar serba salah saat ini. Pikiranku bercampur aduk, aku kehilangan siswa appaku dan sekarang harus merawat namja yang tak ku kenal, ah lengkap sudah penderitaanku.


          Lima belas menit berlalu, aku sampai di depan rumahku. Aku menyuruh pelayanku untuk membantuku mengangkat tubuh namja asing tersebut untuk dibawa ke dalam. “Nuguya? (siapa dia?)” tanya pelayan, kuangkat bahuku “mwosun suriya? (apa maksudmu?)” tanyanya mengernyitkan dahi “sudahlah bawa saja dia ke kamar tamu, nanti kujelaskan! Aku mau mandi dulu ne!” sahutku “geureyo (baiklah)” sahut pelayanku. Aku pun pergi ke kamarku dan segera membersihkan diriku, aku masih memikirkan siswa appaku yang belum bisa kutemukan. Kriiinggg… kriingggg… suara handphoneku berdering “yaks, itu pasti appa” pekikku sembari mengeringkan rambutku dengan hairdryer “yoboseyo appa (halo Ayah) ” sapaku “kau sudah bertemu dengan Kim Jong Woon? Seharusnya dia sudah mengabari kami di Korea sekarang, mana dia? ” aigho aku harus menjawab apa “appa mianhae…” sahutku “mwosun suriya? (apa maksudmu?) ” tanya appa menyentak “aku telat menjemputnya, aku tak dapat menemukannya dan aku tidak sengaja menemukan orang terpingsan di bandara. Terpaksa aku harus mengurusnya dan aku tidak menemukan siswa appa” ucapku benar-benar cari mati “mworago?(apa katamu?) Jadi maksudmu kau tidak bersamanya saat ini? Aigho Taeyeon ah kau itu selalu saja ceroboh, dengar! Appa minta kau secepatnya mencari Jong Woon, jika tidak matilah kau!” ancam appa segera menutup panggilannya “aaahhhh…. Paboya… jheongmal paboya (aaahhhh…. Bodoh… benar-benar bodoh) ” teriakku kesal.

          Aku segera turun ke lantai satu untuk makan malam, pasti pelayanku sudah menyiapkan hidangan untukku. “So Hyun apa hidanganku sudah siap?” tanyaku sembari menuruni anak tangga “hidangan sudah siap semua nona” jawabnya singkat sembari memegangi sebuah teko gelas “geureyo aku lapar berat, kajja kita makan!” seruku merangkulnya. Aku sudah menganggapnya seperti kakakku sendiri jadi aku dan dia tak terlihat sebagai pelayan dengan majikan. Aku dan So Hyun pun segera menuju meja makan “wuah baunya sedap sekali, euum ini enak” aku mencicipi sesendok kuah sup ayam buatan So Hyun “ne, makanlah yang banyak. Aku sengaja masakan yang banyak untukmu karena aku tahu kau pasti suka dengan sup ayam buatanku” ujarnya sembari menuangkan segelas air putih ke dalam gelasku “ne, gomawo. Kau memang yang terbaik” pujiku tersenyum “ne cheonma” balasnya tersenyum “ah ne, bagaimana keadaan namja itu?” tanyaku kembali teringat namja asing tersebut “dia masih belum siuman, demamnya masih tinggi tapi tenang saja aku masih mengompres keningnya” sahut So Hyun duduk di sampingku “oh begitu, ah ne apa kau tidak menemukan tanda pengenalnya?” tanyaku lagi sembari mengunyah makanan yang sudah berada di dalam mulutku “aku belum sempat mencarinya, kurasa tidak sopan jika kita membuka tasnya. Sebaiknya kita tunggu sampai ia siuman, dengan begitu kita bisa tanya langsung padanya tanpa harus mengacak-acak barang bawaannya” ujarnya kuanggukkan “kau benar juga, lalu bagaimana dengan nasibku? Sampai saat ini aku belum menemukan siswa bernama Kim Jong Woon itu? Jika aku tidak bisa menemukannya matilah aku” kini pikiranku kembali ke siswa tersebut “sehabis makan, kau masih punya waktu untuk mencarinya bukan? Apa Tuan tidak memberikan foto siswa itu?” tanya So Hyun kugelengkan “maka dari itu aku sulit mencarinya, appa itu terkadang pabo. Menyuruhku mencari orang lain yang tidak pernah kukenal sebelumnya tanpa memberikan petunjuk sama sekali, bagaimana aku bisa menemukannya? Eoh?” pekikku kesal “benar juga, ya sudah selepas ini kau hubungi ayahmu minta ia kirimkan foto siswa itu agar kau bisa mencarinya, eotthae?” saran So Hyun boleh juga “ne” sahutku datar.

Taeyeon’s POV End

***

Narasi

          Taeyeon pun segera meluncur mencari sosok siswa bernama Kim Jong Woon, sembari menanti ayahnya mengirimkan foto siswa tersebut Taeyeon mengelilingi kota Arizona untuk mencari sosok namja korea tersebut. Dengan penuh harap ia menyetir mobil sportnya, sesekali matanya memerhatikan setiap orang yang lalu lalang di sisi jalan tapi ia belum juga menemukan namja berwajah korea di sana. Hari semakin larut, Taeyeon pun merasa terlalu lelah untuk mencarinya. Ia memutuskan untuk kembali ke rumah dan melanjutkan pencarian esok hari. Ayahnya pun berjanji akan mengirimi foto siswa Kim Jong Woon itu esok hari, maka dari itu Taeyeonpun pulang dan berniat untuk istirahat. Sebelum melanjutkan langkahnya menuju kamar tidurnya, Taeyeon pun menyempatkan diri untuk menengok keadaan namja asing yang terbaring sakit di kamar tamu miliknya. “So Hyun ah! Pindahlah! Jangan tidur di sini, nanti lehermu bisa pegal!” serunya membangunkan Kim So Hyun yang tertidur lelap di tepi tempat tidur “ah kau? Kau sudah pulang? Apa kau belum menemukannya juga?” tanyanya digelengkan Taeyeon “sudahlah sebaiknya kau istirahat di kamar, namja ini biar aku yang mengurus. Seharian kau mengurusnya, biar sekarang aku yang menggantikanmu. Aku tak mau kau sakit hanya karena mengurus orang asing” sahut Taeyeon menyimpulkan senyumannya “geureyo, aku tidur ne! annyeonghi jumuseyo Taeyeon ssie (baiklah, aku tidur ne! Semoga mimpi indah Taeyeon ssie)” So Hyun berdiri menatap Taeyeon “ne, annyeonghi Jumuseyo So Hyun ah! (Ya, semoga mimpi indah So Hyun ah)” balas Taeyeon. So Hyun pun bergegas menuju kamarnya dan Taeyeon mulai mengompres namja asing tersebut. Taeyeon menemani namja tersebut malam ini “namja ini? Wajahnya tampan juga?” gumamnya sembari memerhatikan wajah teduh namja asing tersebut “nuguya? Kenapa kau bisa ada di sini?” tanyanya menatapi wajah namja asing tersebut “sebenarnya aku ingin sekali mencari identitasmu tapi rasanya tidak sopan jika aku harus mengacak-acak tasmu hanya untuk mencari identitasmu. Cepatlah bangun, jangan membuat hidupku semakin sulit! Kuharap besok kau sudah membuka matamu, jika tidak? Aku akan melempar tubuhmu ke sungai. Annyeonghi jumuseyo namja (Semoga mimpi indah pria)” ucapnya lagi sebelum akhirnya tertidur.

          Sinar matahari masuk melalui lubang-lubang jendela di kamar, hangatnya mulai terasa menyentuh kulit. Namja asing itu perlahan membuka kedua matanya, ia menatap silau keadaan di sekitar kamar. Ia menatap heran orang yang sedang tertidur di sebelah tempat tidurnya.

Narasi End

 ***

Kim Jong Woon’s POV

          Aigho kenapa kepalaku rasanya berat sekali? Rasanya aku tak sanggup mengangkat tubuhku sendiri “changkaman! eodiya? Yeoja ini? Nuguya? (Tunggu! Aku dimana? Wanita ini? Siapa dia?)” aku tersentak melihat sesosok yeoja tertidur di sebelah tempat tidur “dia bangun?” aku tersentak melihatnya terusik, kurasa aku harus berpura-pura belum bangun. Kupejamkan mataku “aigho! Kukira dia sudah bangun? Ternyata belum” kudengar yeoja itu berbicara, kuharap ia tidak menyadari gerakanku tadi “kajja ireona! (ayo bangun!) Aku tak mungkin menjagamu seharian, aku harus mencari seseorang. Jaebal ireona!! (Kumohon bangunlah!!)” sahutnya lagi terdengar memohon. Sebenarnya siapa yeoja ini? Kenapa aku bisa dengannya? Aku benar-benar tak mengerti. “Ah kau belum mau bangun juga? Gwenchana (Tak apa), biar nanti So Hyunku yang merawatmu. Aku bisa telat ke kampus jika terus menemanimu tidur di sini” pekiknya kudengar jelas, kurasa ini saatnya aku membuka mata. Aku harus mencari tahu siapa dia dan dimana aku sekarang. “eeummm” lirihku seraya membuka mataku perlahan “ah, kau? Kau sudah siuman?” tanya yeoja itu menoleh ke arahku “nuguya?” tanyaku pada yeoja itu “mwo? Seharusnya aku yang bertanya begitu padamu, naneun Kim Taeyeon imnida. Kau?” sahut yeoja itu “naneun Kim Jong Woon imnida” sahutku berusaha duduk “huh? Mworago? Kim… Kim Jong Woon?” kenapa dia terkejut mendengar namaku, memangnya ada yang salah dengan namaku? “ne naneun Kim Jong Woon imnida, kenapa kau begitu terkejut?” ujarku mengernyitkan dahi “kau mahasiswa pertukaran pelajar dari Kyung Hee university ne?” tanyanya menghampiriku “ne, kau tahu dari mana?” sahutku masih bingung “ternyata kau???? Ah akhirnya aku menemukanmu…” sahutnya tiba-tiba memelukku kegirangan “changkaman! Mwosun suriya? (tunggu! Apa maksudmu?) Aku benar-benar tak mengerti dengan maksudmu” aku melepaskan pelukan tubuhnya.


          “Dengar! Kau tahu Kim Sang Wook? Dia dosen di Kyung Hee” tanyanya kuanggukkan “dia adalah appaku, kemarin dia menyuruhku menjemput siswa bernama Kim Jong Woon di bandara tetapi aku telat menjemputmu karena tugasku yang tak bisa kutinggalkan. Mianhaeyo Jong Woon ssie aku sudah membuatmu menunggu lama, jheongmal mianhaeyo” sahutnya kini baru kumengerti, jadi dia yeoja yang dimaksud Songsaenim Sang Wook “kukira aku tak akan pernah menemukanmu? Appaku tidak memberiku petunjuk tentangmu, aku sulit mencari namja bernama Kim Jong Woon itu. Semalamanku mencarimu tapi aku tak menemukanmu juga, jika kutahu kau Kim Jong Woon dari awal aku tidak akan susah payah mencarimu” lanjutnya lagi membuatku bingung harus berkata apa “lalu kenapa aku bisa ada di rumahmu? Kenapa aku tak ingat sama sekali?” tanyaku memutar otak “begini, saat aku mencarimu di bandara aku melihat seorang namja terduduk di salah satu bangku tunggu. Kulihat namja itu berwajah Korea jadi aku putuskan untuk bertanya pada namja itu tapi ketika aku bertanya, kusenggol tubuhnya eh namja itu justru tergeletak pingsan. Ah itu membuatku sedikit panik, kucoba meminta bantuan kepada pihak keamanan setempat tapi pihak kesehatan menyuruhku merawat namja itu di rumahku dan kau baru siuman pagi ini, arachi?” jelasnya membuatku mengerti keadaan yang sebenarnya “ne arachi, gomawoyo Taeyeon ah!” sahutku memulas senyum “ah ne cheonma” balasnya tersenyum ringan “mianhaeyo aku sudah merepotkanmu padahal kita baru saling mengenal” aku membungkukkan tubuhku “ah gwenchanayo, ini tugasku. Jika aku tidak merawatmu, maka appa akan membuangku ke tepi laut. Andwe! Lebih baik aku direpotkan olehmu daripada harus bernasib tragis begitu” ucapnya membuatku terkejut “mwo? Dibuang ke laut? Jin… jinjja?” tanyaku “hahahahaa……!! Ani, aboji tak sekejam itu. Dia hanya akan memotong jatah bulananku saja jika aku berani melanggar perintahnya” kulihat ia tertawa terpingkal “yaks! Kukira serius, syukurlah abojimu tak sekejam itu” ujarku menghela napas “ne, ah geureyo! Aku harus mandi dan siap-siap ke kampus. Nanti akan ada pelayan pribadiku yang akan membantumu menyiapkan apa yang kau butuhkan. Kau cukup memanggil namanya, ia pasti akan segera datang! Ne?” ujarnya berdiri “ne, gomawo” sahutku kembali tersenyum “sudahlah! Berhenti katakan terima kasih! Ah ne, nama pelayanku Kim So Hyun! Jangan lupa ne!” sahutnya terlihat ceria seperti Shin Hye “ne” sahutku kemudian melihatnya keluar dari kamarku “ah ne, aku belum mengabari eomma dan Shin Hye. Mereka pasti mengkhawatirkanku, aku harus segera mengabari mereka” kuambil ponselku dan mencoba menghubungi Shin Hye.

        “Yoboseyo!” sapaku “yoboseyo!  Chagiya kenapa baru memberi kabar? Gwenchanayo?” sahut Shin Hye terdengar khawatir “mianhaeyo aku baru sempat mengabarimu. Kemarin aku terlalu lelah, jadi tak sempat mengabari ke Seoul. Naega gwenchanayo, kau tak perlu khawatir ne chagiya!” terpaksa aku berbohong padanya, aku tak ingin dia dan keluargaku mengkhawatirkan keadaanku di sini “ah syukurlah, kukira terjadi sesuatu yang buruk padamu” sahutnya “ah aniya, ya sudah aku harus siap-siap ke kampus. Nanti kuhubungi lagi ne chagi.. annyeong” sahutku segera mengakhiri obrolan kami “ne chagi” balasnya.

Kim Jong Woon’s POV End

***

Narasi

          Waktu berjalan dengan sangat cepat, tak terasa sudah hampir dua tahun Jong Woon di negeri paman sam. Kim Jong Woon yang awalnya tak terbiasa dengan keadaan dan aturan di USA kini mulai bisa beradaptasi dengan baik. Ia mulai mempunyai banyak teman, mulai terbiasa berbicara menggunakan bahasa Inggris. Ia sangat menikmati setiap pelajaran yang diarahkan oleh dosen di kampus impiannya. Hubungannya dengan Taeyeon pun semakin akrab, tak jarang mereka menghabiskan liburan akhir pekannya bersama. Namun meski begitu, Kim Jong Woon tak ada perasaan sama sekali padanya. Lain dengan Jong Woon, Taeyeon justru mulai menikmati kedekatannya. Ia mulai merasakan perasaan yang tak biasa saat bersama dengan Jong Woon, ia merasa cemburu dan marah saat mendengar Jong Woon menghubungi Shin Hye di Korea, ia selalu merasa rindu yang berlebihan saat jauh dari Jong Woon. Di kampus pun ia selalu berusaha tetap bertemu setiap waktu dengan namja berhidung mancung itu.

          “Jong Woon ah! Changkaman!” serunya membuat Jong Woon menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang “wae?” tanya Jong Woon begitu Taeyoon sampai di hadapannya “langkahmu cepat sekali eoh? Aku berlari kau berjalan, tidak bisakah kau memperlambat langkahmu?” keluhnya masih terengah “ah jinjja??? Mianhae, memangnya ada apa kau mengejarku? Aku sedang terburu-buru, jika tidak terlalu penting kita bicarakan di rumah saja ne!” sahut Jong Woon sesekali menoleh ke arah arlojinya “yaks! Memangnya kau buru-buru mau kemana?” pekik Taeyeon kesal “aku harus menyerahkan laporan penelitian dari anak-anak yang lain pada Mr. Ken sekarang! Jika aku terlambat, aku takut dimarahinya. Aku pergi dulu ne, bye!” sahut Jong Woon segera bergegas lari “yaks!! Selalu saja begitu, padahal aku ingin mengajaknya makan siang bersama tapi selalu saja sibuk dengan tugasnya paborasseo!” pekik Taeyeon menendang tak jelas “apa dia tidak menyadari perasaanku padanya? Kenapa dia begitu kaku, tak peka dengan perasaanku. Aku harus bagaimana agar kau tahu perasaanku padamu yang sebenarnya?” lanjutnya kesal berkali-kali mendengus “yaks!! Pusing aku dengan Jong Woon” dengusnya segera pulang.


          Lain tempat, lain cerita. Sejak terpisah dengan Jong Woon, ada seorang namja tampan dan kaya raya yang sedang dekat dengan Shin Hye. Dia adalah Lee Hyuk Jae, ia tak sengaja mengenal Shin Hye karena Shin Hye dan ia sama-sama mengikuti kelas modeling. Lee Hyuk Jae kagum melihat bakat modeling Shin Hye yang selalu bergaya dengan alami, ia juga jatuh cinta pada Shin Hye sejak pandangan pertama. Ia sangat menyukai sosok Shin Hye yang ramah, periang, manis dan ia sangat menyukai pipi Shin Hye yang chubby. Shin Hye selalu bersama Hyuk Jae karena Hyuk Jae adalah salah satu songsaenim di kelas modeling, cara mengajar Hyuk Jae yang menyenangkan dan hangat membuat Shin Hye merasa nyaman saat latihan bersamanya. Ia kagum pada Hyuk Jae karena Hyuk Jae memiliki style selera tinggi, gayanya selalu mengagumkan. Semakin hari hubungan keduanya semakin baik, semakin akrab dan semakin hangat. Keduanya saling mengisi saat salah satu dari mereka membutuhkan bantuan atau sekedar pendengar. Terkadang Shin Hye takut hatinya berpaling, ia takut tak bisa melawan rasa yang tumbuh di hatinya karena bagaimanapun juga saat ini ia lebih banyak waktu bersama dengan Hyuk Jae dibandingkan dengan Jong Woon. “Shin ah! Kau sudah selesai latihannya? Kapan kau akan ada pemotretan? Jangan lupa kabari aku ne!” seru Hyuk Jae sembari mengusap keringatnya dengan handuk “ah ne aku sudah selesai, lusa akan ada pemotretan untuk kosmetik Etude. Aku pasti mengabarimu, ah aku gugup Hyuk ah!” jawab Shin Hye sembari meneguk sebotol minuman isotoniknya “kenapa gugup? Kau pasti tampil cantik, percaya padaku!” ujarnya membuat Shin Hye tersipu “yaks! Kau itu pandai sekali mengambil hatiku, aku gugup karena itu adalah kontrak pertamaku dan aku takut melakukan kesalahan dan mengecewakan mereka” ujar Shin Hye duduk di pojok ruang latihan modeling yang dipenuhi dengan kaca “begitu! Tenang saja, kau pasti bisa melakukan yang terbaik. Kau kan sudah berlatih lama, kau juga sudah berpengalaman jadi kau pasti akan tampil sesuai dengan keinginan mereka. Hwaiting Shin ah!!!” ujarnya berhasil membuat Shin Hye kembali percaya diri “aahhh!! Kau itu memang pandai membuat moodku kembali, gomawo!” ucap Shin Hye tersenyum sipu “ne cheonma, Hwaiting!!” serunya mengepalkan kedua tangannya “ne hwaiting!!” Shin Hye melakukan hal yang sama.

Narasi End

***

Lee Hyuk Jae’s POV

          Seusai latihan, aku berencana akan makan malam bersama Shin Hye di restoran biasa tempat di mana aku dan dia menghabiskan waktu setelah latihan. Hari ini kami benar-benar lelah karena harus fitting baju untuk show besok, belum lagi kami harus berlatih untuk pemotretan. Aku dapat melihat betapa lelahnya Shin Hye hari ini, berkali-kali ia pejamkan matanya dengan lama dan berkali-kali pula kulihat ia memegangi lehernya yang mungkin terasa pegal. “kau lelah?” tanyaku menoleh ke arah Shin Hye yang sedang duduk bersandar di mobilku “eum sedikit” sahutnya singkat “geureyo, seusai makan malam kau langsung istirahat ne!” sahutku hanya dianggukkan olehnya. Beberapa menit kemudian kami sampai di restoran, setelah memesan menu makan malam aku segera berbincang padanya “Shin Hye ah! Kau nampak lelah sekali” sahutku basa-basi “ne, latihan hari ini benar-benar menguras tenagaku. Memangnya kau tidak lelah?” balasnya “lelah tapi mungkin aku tidak selelah kau, apa kau mau ke sauna? Atau pijat relaksasi?” ujarku berusaha berbaik hati “aniya, gomawo! Aku hanya ingin tidur setelah ini” sahutnya tersenyum “baiklah!” sahutku mengangguk. Makanan datang, aku dan Shin Hye segera melahap habis semua hidangan yang tersaji di meja. Kulihat Shin Hye begitu antusias menghabiskan semua hidangan, aku hanya terkekeh melihat pipinya yang chubby bergoyang mengunyah semua makanan yang berhasil masuk ke dalam mulutnya. Seusai makan, aku segera mengantarnya pulang.


       Yaks dia tertidur di mobilku, eotthae? Aku tak tega membangunkannya. Kupandangi wajah polosnya, dia nampak menggemaskan. Aku tak sanggup melihat pipinya yang chubby, dan bibirnya yang mungil seakan memaksaku untuk menciumnya. Semakin dekat mataku menatap wajahnya, ingin sekali kudaratkan bibirku di atas bibir lembutnya “yaks! Mwoya? (Yaks! Ada apa ini?)” aigho kenapa dia terbangun, aku jadi bingung harus berkata apa. Aku panik, berusaha mencari alasan “kau? Kau mau apa?” tanyanya menatapku penuh curiga “ani, kau… kau jangan berpikiran yang tidak-tidak.. aku..” jawabku gugup, terus memutar otak mencari alasan yang logis “aku hanya mau mengusir nyamuk yang ada di pipimu, ne mengusir nyamuk tapi kau malah terbangun. Ah mianhae” sambungku semoga saja bisa diterima olehnya. Ia menatapku tak percaya “jinjja??” ia menyipitkan kedua matanya membuat jantungku berdegup kencang “ne! jangan yadong!” sahutku membuatnya memalingkan muka “yaks! Siapa yang yadong? Justru ekspresimu tadi yang yadong” dengusnya mencibir “jheongmal?” kini giliranku yang menatapnya curiga “ne, sudahlah! Aku lelah, aku mau pulang. Gomawo atas tumpangan dan traktiranmu hari ini. Annyeonghi jumuseyo Hyukie ah!” sahutnya segera keluar dari mobil “ne, annyeonghi jumuseyo Shin ah!” balasku menurunkan kaca mobilku. Usai berpamitan dengannya, aku segera menginjak pedal gas mobilku menuju rumahku.

Lee Hyuk Jae’s POV End

***

Park Shin Hye’s POV

          Aku melangkah menuju rumah, yaks kakiku pegal dan rasanya tubuhku remuk. Hari ini benar-benar melelahkan, sampai aku tak sempat mengerjakan tugas. Aigho, bicara tugas aku belum menyelesaikan tugas kuliahku yang harus dikumpulkan besok. Sebaiknya aku segera mandi dan segera mengerjakan tugasku sebelum tidur. Setelah selesai mandi, aku segera membuka buku tugasku dan laptop mungilku. Kukerjakan tugasku satu persatu “hoaamsss” berkali-kali aku menguap sampai airmata tertampung di pelupuk mataku “yaks! Kenapa mataku ngantuk sekali? Tugasku belum selesai, eotthae?” pekikku kesal. Aigho! Kenapa aku jadi teringat kejadian tadi? Ada apa dengan Hyuk? Kenapa wajahnya dekat sekali denganku? Apa yang tadi akan ia lakukan padaku? Ekspresinya begitu yadong?” gumamku kembali teringat ekspresi Hyukie tadi “yaks! Igeum mwoyeyo? Sebenarnya siapa yang pikirannya yadong? Aku atau dia?” pekikku menundukkan kepalaku “Promise you kimiwo omotte bokuwa ikuruyo” siapa malam-malam meneleponku “ah Jong Woon?” aku benar-benar terkejut melihat nama Jong Woon terpampang di LCD ponselku “ne chagiya”sahutku membuka percakapan “kau belum tidur?” tanyanya “ani, aku masih ada tugas jadi aku belum bisa tidur. Kau sendiri?” sahutku berbalik tanya “aku belum tidur karena belum mengantuk, mungkin aku insomnia” jawabnya kudengar lelah “wae? Apa kau sedang kurang sehat?” tanyaku mulai mengkhawatirkannya “aniya! Aku baik-baik saja, aku hanya sedang merindukanmu maka dari itu aku tak bisa tidur” ucapnya membuatku tersipu“eeummm… oppa! Kau ini pandai sekali membuatku tersipu” ujarku aegyo “hehehe, memangnya kau tidak merindukanku?” tanyanya “naega jheongmal bogosipoyo, rasanya aku ingin sekali menyusulmu ke sana” ujarku masih dengan nada aegyoku “tak perlu menyusulku, tahun depan aku akan pulang saat liburan panjang tiba. Kau harus sabar ne chagiya! Kau juga jangan nakal! Jaga kesehatanmu, sekarang musim dingin jadi jangan lupa memakai pakaian hangatmu! Jaga juga hatimu!” ujarnya begitu seperti hendak mendikte anak murid “ne chagiya, kau juga!” sahutku singkat “eum ne, ya sudah jangan tidur terlalu larut ne! aku tak mau kau sakit. Annyeong chagiya”  sahutnya mengakhiri percakapan kami malam ini “ne chagi, annyeonghi jumuseyo” balasku lalu menekan tombol merah di ponselku.

          Kenapa aku harus memikirkan Hyukie, bukankah memikirkan Jong Woon lebih penting? Empat tahun jauh darinya itu bukan hal yang mudah, hati orang bisa saja berubah. Aku atau Jong Woon bisa saja dekat dengan yeoja atau namja lain tapi aku dan dia sudah berjanji akan setia, kuharap kami tak pernah mengingkari janji kami sendiri. Meski menjaga hati itu sulit tetapi aku harus bisa menjalaninya, aku yakin Jong Woon pun begitu. Ah sudahlah, sebaiknya aku kembali mengerjakan tugasku dari pada memikirkan namja, membuat kepalaku mau pecah saja.

Park Shin Hye’s POV End

***

Kim Jong Woon’s POV

          “Aish! Kenapa aku belum bisa tidur juga? Tidakkah kau tahu, mataku sudah lelah” aku berguling-guling tak jelas di atas tempat tidurku “yaks! Ada apa dengan mataku? Kenapa tak bisa terpejam?” pekikku seraya duduk kesal. Kurasa aku butuh udara sejuk untuk menenangkan kepalaku, sebaiknya aku keluar dari kamar ini. Mungkin saja setelah berjalan-jalan sebentar mataku bisa terpejam lelap, ya kuputuskan untuk keluar dari rumah ini sebentar. Aku berjalan menuruni anak tangga rumahku, rumah sudah sepi karena So Hyun dan Taeyeon sudah tidur. Sebaiknya kupelankan langkah kakiku agar tak mengganggu istirahat mereka “ah! Kau mau kemana?” yaks seseorang mengejutkanku dari dapur “aish! Mengagetkanku” pekikku mengelus dada “yaks! Kau berjalan mengendap seperti maling, kau mau kemana eoh?” ternyata So Hyun yang tiba-tiba muncul dari balik pintu dapur dengan membawa segelas air putih “aku tidak bisa tidur, aku ingin keluar sebentar! Wae?” sahutku “begitu, kau tahu? Tae ah belum kembali, aku tak bisa tidur karena mencemaskannya” ucapnya “mwo? Memang dia kemana?” aku benar-benar terkejut mendengar ucapannya “molla, dia tak menjawab panggilanku. Jika kau tak keberatan, aku mohon carilah dia! Jaebal Jong Woon ssie!” sahutnya nampak guratan cemas di wajahnya “ne, aku akan mencarinya. Aku pergi” sahutku segera pergi.


          Ku injak pedal gas mobilku, sembari menyetir aku terus mencoba menghubungi ponselnya “Hey! Eodiya? (Hey! Kau di mana?)” tanyaku begitu kudenar panggilanku dijawab “mwo? Di café? Kau mabuk?” tanyaku mendengar suaranya yang parau “yaks! Kau ini menyusahkan saja, sudahlah tunggu aku! Aku akan menjemputmu!” aku segera menutup panggilannya. Tak berapa lama berselang, aku sudah sampai di café yang Taeyeon maksud. Café itu nampak sepi, sepertinya akan segera ditutup dan kulihat tak ada pengunjung lain selain Taeyeon yang sudah tertunduk mabuk di atas mejanya “Tae ah! Ireona!” seruku berdiri di sampingnya, kulihat ia menengadahkan wajahnya “Jong Woon ssie? Benarkah itu kau?” sahutnya parau mencoba menatapku “ne ini aku, kenapa kau bisa mabuk eoh?” sahutku lantang “aku kesal padamu” sahutnya membuatku mengernyitkan keningku “wae?” tanyaku “beberapa hari ini kau selalu menolak ajakanku untuk keluar bersamaku, kenapa kau tak pernah peka dengan sikapku eoh? Apa kau tidak tahu bahwa aku sangat menyukaimu” ucapnya sontak membuatku terkejut “mworago?” ucapku tak percaya dengan ucapannya “ia mabuk atau bersungguh-sungguh?” bathinku “yaks! Kajja kita pulang, kau sudah mabuk berat!” aku berusaha untuk tak menghiraukan ucapannya “aku tak mau pulang! Aku benar-benar menyukaimu Jong Woon ssie, apa kau tidak tahu betapa sakitnya hatiku menahan perasaanku padamu?” gumamnya lagi benar-benar membuatku tak tahu harus berkata apa “kita bicarakan di rumah ne, sekarang kita pulang!” sahutku menarik tangannya chuuu……  apa yang ia lakukan? Kenapa ia tiba-tiba menciumku?. Kucoba lepaskan ciumannya tiba-tiba saja ia memuntahkan isi perutnya “yaks! Kenapa kau muntah di atas bajuku? Uh bau sekali” pekikku kesal karena jaket kesayanganku harus kena muntahannya yang bau. Kini ia benar-benar tak sadarkan diri, sudah tak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya dan aku memutuskan terus membawanya pulang hingga sampai di rumah “mwoya? Kenapa dia bisa mabuk?” tanya So Hyun begitu membukakan pintu masuk “molla, jaebal bantu aku membawanya ke kamar! Tubuhnya ternyata berat sekali” sahutku masih menggendong Taeyeon dipunggungku “ne, turunkan saja! Biar kita papah langkahnya!” seru So Hyun “ah gwenchana, kau bantu bukakan pintu kamarnya saja, ia terlalu mabuk tak sanggup berjalan lagi” tukasku “ne” sahut So Hyun bergegas menuju kamar Taeyeon. Kurebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya “So Hyun ah! Aku ke kamar ne!” sahutku “ne mianhae sudah merepotkanmu” So Hyun membungkukkan badannya “ah gwenchana” sahutku mengibaskan tanganku dan tersenyum padanya “Jong Woon ssie terimalah cintaku!” sahut Taeyeon membuat langkahku yang hamper mendekati pintu pun terhenti seketika, aku menoleh ke arahnya tepat di belakangku dan kutatap wajahnya yang memerah “Jong Woon ssie! Dia hanya mengigau, jangan kau hiraukan! Cepatlah istirahat, ini sudah malam” sahut So Hyun kuanggukkan.

          Ada apa dengan Taeyeon? Apa benar yang ia ucapkan tadi? Atau itu hanya ucapannya yang sedang mabuk? Jika dia benar menyukaiku aku harus menjawab apa? Bagaimana jika ia tahu aku sudah memiliki yeojachingu? Aku pasti akan melukainya? Aku harus bagaimana? Yaks benar-benar memusingkan, kepalaku rasanya ingin meledak “Shin Hye chagi mianhae!” bathinku sebelum memejamkan mataku. Aku terus teringat ciuman tadi, aku benar-benar merasa bersalah pada Shin Hye.

Kim Jong Woon’s POV End

***

Taeyeon POV

          Aigho! Kepalaku rasanya berat sekali, rasanya aku malas ke kampus hari ini “apa yang terjadi? Apa aku mabuk berat semalam?” tanyaku pada So Hyun yang sedang menyiapkan sarapan di dapur “ne, kau mabuk berat dan berhasil menyusahkan orang lain. Memangnya kau tidak ingat sama sekali eoh?” jawabnya sembari menuang segelas susu. Kucoba mengingat kejadian semalam tapi kenapa aku tak mampu mengingatnya sama sekali “aku tak ingat sama sekali, memangnya siapa yang sudah kurepotkan?” tanyaku sembari meneguk susu segar “tuh!” sahut So Hyun menunjuk ke belakang, aku pun menoleh ke arah yang ia tuju “Jong Woon ssie?” tanyaku lagi menatap ke arah So Hyun dan ia mengangguk “kau sudah merasa lebih baik?” tanya Jong Woon kuanggukkan, yaks memalukan. Kenapa aku harus merepotkannya “syukurlah! Apa kau tidak ingat kejadian semalam sama sekali?” tanyanya duduk di depanku sembari mengambil sepasang sumpit, kugelengkan kepalaku “kau yakin?” tanyanya mempertegas “ne, huh? Apa aku melakukan hal gila yang membuat kau benar-benar repot? Atau aku melakukan hal yang memalukan? Jinjjayo?” aku harap aku tak melakukan hal yang bukan-bukan “ish! Rupanya kau benar-benar lupa, sudahlah lupakan! Itu bukan hal yang penting!” Jong Woon mendengus kesal “Jong Woon ssie jaebal beritahu aku apa yang terjadi semalam??? Mianhae jika aku merepotkanmu!! Jaebal!” sahutku memohon sembari memegangi tangannya “yaks! Lepaskan aku! Sudahlah aku harus segera ke kampus, bersihkan dirimu! Baumu tidak sedap!” ucapnya menarik tangannya dan segera pergi “Jong Woon ssie!! Changkaman!!” teriakku tak digubris olehnya “So Hyun!!” seruku aegyo, So Hyun hanya mengangkat bahunya.



          Ada apa denganku semalam? Apa aku melakukan hal yang bodoh? Kenapa aku tidak bisa mengingat sama sekali? Eotthae???. Sebaiknya aku segera menyusulnya ke kampus dan segera mencari tahu apa yang terjadi semalam jika aku tidak bisa menemukan jawabannya aku bisa mati penasaran. Setelah selesai mandi, aku segera menuju kampus. Di kampus kucari sosok Jong Woon, aku tak dapat menemukannya di kelas atau di kantin. Dia ada di mana saat ini, ah mungkin di perpustakaan. Sesampainya di perpustakaan aku pun tak menemukan sosoknya, apa ia sudah pulang?. Aku berjalan lemas dan hampir putus asa, changkaman! Sepertinya aku melihat sosoknya di bangku taman “ah ne! itu dia!” ujarku berhasil menemukan sosok Jong Woon yang sedang duduk sendiri di taman nampaknya sambil membaca buku dan mendengarkan musik. Sebaiknya aku segera kesana, kututup kedua matanya dari belakang “hey! Nuguya? Lepaskan tanganmu!” serunya apa dia tidak bisa menebak “yaks!!! Tae ah lepaskan tanganmu!” serunya lagi baru kulepaskan tanganku “kukira kau tak mengenaliku” ucapku berdiri di depannya “memangnya ada orang lain yang berani melakukan itu padaku? Eoh?” sahutnya angkuh “aniya” jawabku singkat seraya duduk di sampingnya “Jong Woon ssie, cepat katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi padaku semalam? Ppali!!” ujarku memohon padanya “kubilang itu tidak penting jadi lupakan saja!” ucapnya benar-benar misterius “yaks! Mana mungkin aku bisa melupakan hal yang sama sekali tak kuingat? Apa aku melakukan hal yang bodoh?” aku menatapnya dekat-dekat. Kulihat ia menatapku dengan gugup.

Taeyeon’s POV End

***
Kim Jong Woon’s POV

          Yaks, kenapa dia menatapku begitu? Aku kan jadi kembali teringat kejadian memalukan semalam. Apa yang harus kulakukan? Memberitahunya atau tidak? Jika kuberitahu pasti akan ada rasa canggung diantara aku dan dia tapi jika tidak diberitahukan aku tak sanggup memendamnya sendiri, aaghhh eotthae? “jangan menatapku begitu! Kau nampak jelek jika dari dekat” pekikku seketika membuatnya membuang muka “yaks! Baru kali ini ada orang yang bilang aku jelek” pekiknya. Sesaat kami diam seribu bahasa, rasanya ada dinding pembatas diantara kami. Aku tak tahu harus bicara apa tapi sebaiknya aku beritahu yang sebenarnya terjadi karena aku juga penasaran dengan perasaannya, apa yang ia ucapkan tadi malam itu benar atau hanya khayalan orang mabuk belaka. “Tae ah!” “Jong Woon ah!” yaks kenapa aku dan dia bisa menyerukan nama bersamaan “kau duluan!” seruku “ani, kau saja!” serunya “aniya, kau saja! Ladies first!” belaku “geureyo” sahutnya terdiam sejenak “Jong Woon, aku ingin jujur padamu!” sahutnya membuatku menoleh dan menanti kelanjutan kalimatnya “aku… sebenarnya… sebenarnya sudah lama aku menyukaimu…” ucapnya kali ini benar atau masih mabuk ya? “kau? Menyukaiku? Mwosun suriya?” tanyaku “ne, aku menyukaimu sejak awal bertemu. Aku mehyukai senyumanmu, aku menyukai kepribadianmu yang hangat. Ara, naega jheongmal paboya karena berani-beraninya menyatakan cinta padamu padahal aku yeoja” sahutnya ternyata ucapannya semalam benar adanya “aku tidak memintamu menjawab iya, aku juga tidak memintamu menjawab secepatnya! Kau bisa pikirkan jawabanmu masak-masak sebelum memutuskan memberitahuku. Mianhae aku sudah membuatmu terkejut” ia membungkukkan badannya di depanku “sudahlah hentikan! Duduklah! Kau tak perlu meminta maaf” seruku menarik tangannya agar kembali duduk “Tae ah! Jheongmal mianhae, aku tak bisa menerimamu..” ucapku belum usai “ah gwenchana, kau jangan terburu-buru! Aku masih mau menunggu jawabanmu kok! Jangan tergesa-gesa ne!” potongnya “aniya! Aku tidak terburu-buru, dengarkan penjelasanku!” ucapku sembari memegangi bahunya “dengar! Sebelumnya gomawo atas keberanianmu, gomawo atas usahamu, perhatianmu tapi jheongmal mianhaeyo aku tak bisa membalas perasaanmu. Bukan karena aku tak menyukaimu tetapi karena aku sudah memiliki yeojachingu yang akan kunikahi seusai aku kuliah disini. Yeojachinguku masih menantiku di Seoul, kami sudah berjanji akan hidup bersama setelah pendidikanku selesai. Kuharap kau bisa menerima keputusanku, aku benar-benar menghargai perasaanmu. Jheongmal gomawo” ucapku membungkukkan kepalaku “mworago? Yeojachingu? Kenapa kau tak pernah cerita padaku?” kulihat matanya berkaca-kaca, aigho aku tak sanggup melihat yeoja menangis karena ulahku “mianhae, kurasa itu tak penting untuk kubahas maka dari itu kau tak pernah menceritakannya padamu. Mianhae” ucapku. Kulihat ia menangis, airmatanya mengalir deras dari pelupuk matanya “mianhae! Jheongmal mianhae Tae ah!” ucapku seraya memeluknya “aku juga menyayangimu tapi tak lebih dari sekedar sahabat! Tepatnya aku sudah menganggapmu seperti domsaengku sendiri, aku harap kau bisa menerima keputusanku dengan ikhlas” bisikku masih memeluknya namun tak sepatah katapun keluar dari mulutnya.


          Lama aku memeluknya, hingga suara tangisnya tak terdengar lagi. Aku memutuskan untuk menghabiskan waktu bersamanya hari ini, untuk menghiburnya aku mengajaknya pergi membeli es krim kesukaannya dan menghabiskan waktu di tepi pantai. “Tae ah! Gwenchanayo?” tanyaku sembari menatap lurus ke depan, sementara Taeyeon masih menyandarkan kepalanya di pundakku “gwenchana, aku sudah lebih baik” sahutnya datar “syukurlah! Kuharap kau bisa tetap baik-baik saja meski tanpa menjalani hubungan special denganku” ujarku dianggukkan olehnya “tenang saja!” ucapnya. Tak berapa lama kemudian, ia sudah tertidur lelap di pundakku dan aku masih menikmati indahnya saat-saat matahari tenggelam.

Kim Jong Woon’s POV End

***
Narasi

          Kim Taeyeon pun berusaha ikhlas menerima keputusan Jong Woon, ia merasa tak harus memaksakan perasaannya karena ia tak ingin melukai perasaan yeojachingu Jong Woon yang begitu setia menantinya kuliah. Bahkan Taeyeon berniat ingin menemui yeoja beruntung itu saat liburan nanti, ia ingin bisa mengenal yeoja beruntung tersebut.

          Waktu terus bergulir, hari terus berganti. Kuliah Jong Woon dan pun menemui liburan panjang, ia kembali ke Seoul bersama dengan Taeyeon. Sementara Shin Hye dan Hyukie pun kedekatannya semakin nyata. Hyukie bahkan berniat ingin menyatakan perasaannya pada Shin Hye, sampai ia harus mempersiapkan semuanya dengan baik. Malam ini Hyukie sudah menyiapkan hidangan makan malam romantis di salah satu restoran favorit Shin Hye dan Jong Woon. Ia membawa Shin Hye yang mengenakan penutup mata menuju restoran tersebut, selama perjalanan Shin Hye terus menerka-nerka dengan kejutan yang akan ia dapatkan. “kau sudah siap?” tanya Hyukie sembari menuntun Shin Hye “ne” jawab Shin Hye singkat, lalu Hyukie membuka penutup mata Shin Hye perlahan “ttaaraa!!!!” sahut Hyukie melebarkan kedua tangannya. Shin Hye nampak terkejut melihat lilin-lilin aroma terapi tersusun cantik di sepanjang jalan menuju meja makannya dengan taburan mawar di sepanjang jalan “kajja!!” Hyukie mengulurkan tangannya dan Shin Hye menyambutnya masih dengan ekspresi terkejutnya “yeoppo!” sahut Shin Hye “kau suka?” tanya Hyukie tersenyum ke arahnya “ne, tapi ini untuk apa?” tanya Shin Hye masih tak mengerti “duduklah! Aku akan jelaskan padamu!” sahut Hyuk seraya menarik salah satu bangku. Shin Hye pun menikmati hidangan makan malamnya bersama Hyukie, seusai menyantap hidangan penutup Hyukie pun mulai menyatakan tujuannya malam ini “Shin ah!” serunya menarik tangan Shin Hye “mwoya?” tanya Shin Hye menatapnya “Shin ah joaheyo (Shin ah aku menyukaimu)” ucapnya membuat kedua mata Shin Hye terbelalak “mworago?” Shin Hye terkejut “ne, saranghae. Kau mau kan jadi yeojaku?” lanjut Hyukie masih membuat Shin Hye terdiam “Hyukie ah kau serius?” tanya Shin Hye “ne, aku serius” jawab Hyukie melempar senyuman “Shin Hye chagi!” seru Jong Woon yang datang bersama dengan Taeyeon tengah berdiri di belakang Shin Hye, Shin Hye benar-benar terkejut mendengar suara tersebut dan segera menoleh ke belakang “Jong Woon???” Shin Hye berdiri dengan mata berkaca-kaca.


        Jong Woon berjalan menghampiri Shin Hye dan Hyukie “nuguya?” tanya Hyukie “dia, dia namjaku!” jawab Shin Hye sontak membuat hati Hyukie hancur berkeping-keping “apa yang kau lakukan? Sedang apa kau dengan namja lain di sini? Eoh? Apa ini yang kau lakukan selama tak ada aku?” tanya Jong Woon membuat airmata Shin Hye mengalir begitu deras “ani, aniya! Ini tak seperti yang kau kira chagiya!” sahut Shin Hye terisak “yaks! Lalu apa? Kau mau mengelak?” sahut Jong Woon “dia hanya temanku, aku tak pernah ada hubungan special dengannya. Jaebal percayalah padaku!!” Shin Hye menarik tangan Jong Woon “tidak ada hubungan special? Lalu yang tadi kudengar itu apa eoh?” bentak Jong Woon membuat seisi ruangan menoleh ke arahnya “Jong Woon ssie pelankan suaramu!” bisik Taeyeon “dia memang menyatakan perasaannya padaku tapi aku tidak menjawab iya! Aku hanya mencintaimu Kim Jong Woon, dia hanya temanku tak lebih dari itu” kini Shin Hye pun menaikan nada bicaranya “lalu? Kau sendiri? Siapa yeoja ini?” lanjut Shin Hye yang menyadari keberadaan Taeyeon di samping Jong Woon “mwo? Na? (Apa? Aku?)” tanya Taeyeon menunjuk ke arahnya sendiri “dia… dia…” sahut Jong Woon gugup “ah kenalkan! Naneun Kim Taeyeon imnida, naneun Kim Jong Woon chingu. Bangapseumnida” Taeyeon dengan cepat meraih tangan Shin Hye lalu membungkukkan tubuhnya “jheongmal?” Shin Hye menatapnya sinis “ne, aku anak Kim Sang Wook songsaenim. Aku teman satu kampus Jong Woon ssie dan aku kembali ke Seoul untuk berlibur bersama aboji. Jong Woon sering bercerita tentangmu padaku, aku jadi penasaran maka dari itu aku ikut Jong Woon untuk menemuimu. Aku ingin bertemu dengan yeoja beruntung yang bisa mendapatkan hati seorang Jong Woon” ujar Taeyeon sembari menyenggol tangan Jong Woon “kau? Anak Kim Sang Wook? Ne bangapseumnida” balas Shin Hye membungkuk “ah! Naneun Lee Hyuk Jae imnida, dengar! Aku memang menyukai yeojamu tetapi itu karena aku tidak tahu dia sudah milikmu tapi sekarang aku tidak akan merebutnya darimu jadi kau tak perlu memakinya lagi ne! aku tak tega melihatnya menangis, ara?” sahut Hyukie yang tiba-tiba ikut meredam suasana panas “jinjja?” sahut Jong Woon menatapnya sinis “ne, mana mungkin aku mau berkencan dengan milik orang lain? Itu bukan aku, lagipula yeoja kan banyak. Aku masih bisa mencari yang lain, yang jelas belum ada yang punya seperti yeoja di sebelahmu” sahutnya melirik Taeyeon “mwo?” sahut Taeyeon menatapnya sinis “wae? Kau juga ada yang punya? Eoh?” tanya Hyukie “aniya” Taeyeon menggelengkan kepalanya “ah kalau begitu tak apa kan aku mendekatimu?” sahut Hyukie merapatkan tubuhnya dengan Taeyeon. Taeyeon hanya terdiam tak bisa berbuat apa-apa “jadi ini hanya kesalah pahaman?” tanya Jong Woon dianggukkan oleh Shin Hye dan yang lainnya “aku tak mungkin mengingkari janjiku padamu oppa! Selamanya aku menyayangimu, aku kan sudah berjanji akan menantimu hingga akhir jadi tak mungkin aku mengingkarinya” ujar Shin Hye memegangi kedua tangan Jong Woon “ne, mianhae aku sudah menuduhmu yang bukan-bukan! Itu kulakukan karena aku sangat menyayangimu chagiya, jheongmal saranghaeyo Shin Hye chagi” sahut Jong Woon dengan sigap memeluk tubuh Shin Hye. Keduanya tenggelam di dalam pelukan yang hangat, sementara Hyukie mulai pendekatan dengan Taeyeon.

Dua Tahun Kemudian…

          Hari ini tiba saatnya Kim Jong Woon mengucap janji sehidup sematinya dengan Park Shin Hye dengan disaksikan oleh keluarga, kerabat dan sahabat mereka. Kim Jong Woon nampak tampan dan berwibawa dengan mengenakan tuxedo hitamnya serta kacamata minnya yang membingkai indah kedua bola matanya, Park Shin Hye pun nampak cantik dan anggun dengan mengenakan gaun putih panjang serta rambut yang tergelung dihiasi bunga melati. Keduanya mengucap janji sehidup sematinya di depan pendeta. Setelah selesai upacara pernikahan, mereka pun menikmati pesta meriahnya bersama dengan yang lainnya. Mereka berdansa bersama tamu undangan lainnya, seperti halnya Kyuhyun yang sudah menikah terlebih dahulu dengan Hye Sun pun mereka nampak menikmati setiap alunan musik romantis, sementara Wookie mulai menikmati lantai dansa bersama dengan yeojachingu barunya yang sudah ia kenal selama 6 bulan dan Taeyeon pun tak kalah romantis dengan Hyukie, mereka semua menikmati indahnya pesta malam ini.


          Pesta pun diakhiri dengan pesta kembang api yang indah dan meriah, semua bersorak sorai saat kembang api menghiasi langit malam ini. Untuk melengkapi keindahan malam ini, pasangan pengantinpun tak sungkan melakukan ciuman romantis di bawah indahnya cahaya kembang api. “Saranghae Kim Jong Woon” bisik Shin Hye sebelum mencium bibir namjanya “nado saranghae Park Shin Hye” balas Jong Woon dengan lembut melumat bibir indah tersebut.


                                                                     ** THE END**



Ah Finish juga akhirnya??? Gimana??? endingnya memuaskan tak?????? Mau baca fanficku yang lain??? Bowleh,,, cek ajah di Noteku atau buka ajah blogkuhttp://koreabangets.blogspot.com/

Buat yang udag baca, komen and likenya jheongmal gomawo... jangan bosen-bosen baca karya-karyaku ne!!!! ^^ *bow

Promise You Part 1 (Double Shot)


Title         : Promise You
Author     : Han Ha Rin

Main Cast :
1.   Yesung As Kim Jong Woon
2.   Park Shin Hye As Park Shin Hye
3.   Lee Hyuk Jae As Lee Hyuk Jae
4.   Taeyeon As Taeyeon
Additional Cast :
1.   Kim Ryeowook As Kim Ryeowook
2.   Cho Kyuhyun As Cho Kyuhyun
3.   Goo Hye Sun As Go Hye Sun
Genre       : Romance

**********************************************************************
Annyeong Haseyo readers yeorobun….. Author is back nih,, Mau share fanfiction Double Shot pertama thor….. Thor kali ini masih memakai cast dari Super Junior Oppadeul, tau kenapa? Karena thor cinta mati ma namja-namja yang satu ntu.. So jadi selalu pengen memakai mereka deh buat melampiaskan imajinasi-imajinasi thor yang gaje…. Kekekeke…!!!

Yesungmin lah kita langsung ke TKP ajah nyok!! Happy Reading Yeorobun….. ^o^

**********************************************************************

Kim Jong Woon’s POV

          Krrriiiingggg…. Kriiiinnnggggg….!!!!!!!!!! Kudengar suara alarmku berbunyi, namun mataku masih terasa lengket enggan untuk kubuka. Kurasa memejamkan mata lima menit lagi cukup untuk menghilangkan kantukku. “Promise you kimiwo omotte bokuwa ikuruyo” yaks kenapa pagi-pagi begini menelponku??? Baru saja aku ingin memejamkan mataku sudah terganggu “yoboseyo!” sapaku parau “chagiya, ireona!!!” aigho ternyata Park Shin Hye yeojachinguku, kenapa dia tahu aku masih di tempat tidur? “ne chagiya” sahutku berusaha duduk dan masih mengucek kedua mataku “hari ini kan kau ada tes beasiswa jadi kau harus semangat! Kajja chagiya hwaiting hwaiting!!” ucapnya kenapa selalu ceria “ah ne aku lupa jam 9 aku tes, geureyo aku bangun. Gomawo sudah membangunkanku chagiya, aku mandi dulu ne!” jawabku yang hampir lupa dengan tes hari ini “ne chagi, hwaiting!” teriaknya lagi. Tes itu merupakan tes impianku, sejak lama aku menginginkannya karena aku ingin sekali mengambil fakultas kedokteran di USA. Dengan rasa malas yang masih membebani bahuku aku segera turun dari tempat tidurku dan segera meraih handuk berwarna merahku yang tergantung di belakang pintu kamar mandiku.


          Seusai mandi dan menyiapkan semuanya aku segera menuju dapur, sekedar mengisi perut sebelum memulai tes hari ini. Ah jujur saja, aku benar-benar gugup dan tak percaya diri hari ini. “Joheun achiemeyo Eomma, Wookie ah (selamat pagi Eomma, Wookie ah)” sapaku sembari duduk di salah satu bangku meja makan bundar di ruang makanku. Kulihat Wookie adikku sedang asyik membantu eomma memasak. “Kau sudah siap menghadapi tes hari ini hyung?” tanya Wookie menoleh ke arahku sembari memegangi pan “eum, aku siap! Tapi sejujurnya aku benar-benar gugup sampai-sampai aku baru bisa tidur jam 3 pagi, eotthae?” jawabku menyantap sesuap chapcae yang sudah tersedia di meja “jika sudah siap kenapa harus gugup? Memangnya persiapanmu belum masak juga?” ucap Wookie kini membalikkan tubuhnya ke arah meja makan “aniya, aku hanya kurang percaya diri saja dan aku bingung bagaimana cara mengatasi perasaanku ini” belaku masih sibuk mengunyah beberapa suap makanan “kau kan sudah belajar keras sejak satu bulan yang lalu, itu artinya persiapanmu sudah masak jadi kau tinggal serahkan kepada Tuhan untuk hasilnya, setidaknya kau sudah usaha bukan?” ucapnya kuanggukkan “kau itu kan jenius, aku yakin kau bisa mendapatkan beasiswa impianmu itu. Percayalah pada Tuhan dan berusahalah dengan baik! Hwaiting hyung!!!” Wookie itu bicara sok tua sekali ah tapi ucapan dia ada benarnya juga sih “ne, kau pasti bisa chagiya! Kau kan putra eomma yang paling jenius jadi kau pasti bisa mendapatkan beasiswa itu ne! Optimislah!” tambah eomma sembari menuangkan segelas susu ke dalam gelasku “gomawo eomma, gomawo untuk dukungan dari kalian. Do’a kan aku ne!!” ucapku benar-benar gugup “ne kami pasti do’akanmu Kim Jong Woon!” ucap kedua orang yang kusayang tersebut dengan lantang. Aku hanya tersenyum dan merasa sedikit lebih tenang, seusai menghabiskan sarapanku aku segera bergegas ke kampus bersama Wookie dalam satu mobil sportku.

Kim Jong Woon’s POV End

***

Narasi

          Sesampainya di kampus, Jong Woon bergegas lari menuju ruang tes. Ia tak ingin telat mengikuti tes beasiswa tersebut meski hanya satu detik “aku harus ke ruang tes, nanti kita bertemu lagi ne chagi” sahut Jong Woon dengan Shin Hye sembari mencium kening yeojachingunya itu “ne chagi, gwenchana. Hwaiting Hwaiting!!!!” sahut Shin Hye seperti seorang cheersleader “ne Jong Woon ah Hwaiting! Kau pasti bisa!” tambah Cho Kyuhyun sahabatnya sejak kecil itu “ne, gomawo” teriak Jong Woon sembari melambaikan tangannya dan berlari “Kyuhyun ah kajja kita ke kelas!” seru Shin Hye dianggukkan oleh Kyuhyun. Jong Woon pun sampai di ruang tes, keringat dingin mengalir deras di wajahnya begitu ia melihat betapa banyaknya jumlah peserta yang mengikuti tes beasiswa tersebut “aigho! Banyak sekali pesaingku? Kenapa nyaliku mendadak menciut?” pekiknya menelan ludah “ah aniya! Aku pasti bisa mengalahkan mereka, ne aku pasti bisa!! Kim Jong Woon Hwaiting!” teriaknya dalam bathin dan berusaha melangkah memasuki ruangan itu.


        Tepat pukul 12.00 KST Jong Woon keluar dari ruang tes, di depan ruang tersebut Kyuhyun, Shin Hye dan Goo Hye Sun (kekasih Kyuhyun) sudah berdiri menantinya. Jong Woon keluar dengan lemas, wajahnya nampak kusut dan tak bergairah “chagiya, waeyo?” tanya Shin Hye menarik tangan Jong Woon. Jong Woon menatap datar ketiganya dan sesekali menarik napasnya “kau itu? Kenapa ekspresimu begitu? Kau seperti ayam mau mati saja” ejek Kyuhyun “yaks! Kau itu” pekik Jong Woon mengepalkan tangannya sementara Kyuhyun sudah menyilangkan kedua tangan di depan wajahnya “chagiya kenapa kau lemas? Apa kau tak bisa menyelesaikan tesnya?” tanya Shin Hye digelengkan oleh Jong Woon “lalu?” tanya Hye Sun mengernyitkan keningnya “aku berhasil menyelesaikan semuanya, soalnya sulit sekali sampai-sampai kepalaku berasap! Ah peningnya” sahut Jong Woon memegangi kepalanya “ah kalau begitu bagaimana kalau kita pergi ke taman rekreasi untuk menghilangkan asap di kepalamu, eotthae?” usul Shin Hye “jika kepalanya berasap seharusnya bukan pergi ke taman rekreasi…” sambung Kyuhyun datar “lalu kemana?” tanya Shin Hye mengernyitkan dahinya “ya ke pemadam kebakaranlah, kepalamu harus segera disiram sebelum terjadi kebakaran yang lebih besar lagi!” sahut Kyuhyun berhasil membuahkan pukulan dari kawan-kawannya. Akhirnya mereka pun berangkat ke taman rekreasi, berusaha menghabiskan waktu hingga matahari petang.

Narasi End

***

Park Shin Hye’s POV

        Ah asyiknya hari ini, aku bisa menghabiskan banyak waktu bersama namchinguku satu-satunya dan bersama sahabat-sahabatku. Lelah juga bermain di taman rekreasi, rasanya perutku mulai lapar “kau lapar?” tanya Jong Woon sepertinya memerhatikan aku yang sedang mengelus perutku, aku jadi malu. Kuanggukkan kepalaku dan tersipu malu “ya sudah, sebelum pulang bagaimana kalau kita makan dulu sebentar? Eotthae?” sahut Jong Woon “setuju!!” teriak Kyuhyun paling lantang “yaks! Urusan makan saja kau paling semangat” sahut Jong Woon “hehehe” kulihat Kyuhyun terkekeh sembari menggaruk kepalanya.


          Sebelum pulang, akhirnya kami memutuskan untuk makan sebentar di salah satu restoran yang tak jauh dari tempat rekreasi. Kami makan dengan lahap semua sajian malam ini, Jong Woon bilang kami semua ditraktir olehnya malam ini. Jelas saja Kyuhyun semakin bersemangat makannya. “Chagiya, bagaimana kalau aku berhasil mendapatkan beasiswa itu?” tanya Jong Woon membuatku menghentikan aktivitas makanku “ne, kita pasti terpisah?” sahutku datar, kulihat Jong Woon mengangguk lemas “walau terpisah, kau tak akan berpaling dariku kan oppa?” nampaknya mataku mulai berkaca-kaca, rasanya airmataku tak sanggup dibendung “ne mullon, kau cinta pertamaku dan aku akan berusaha menjadikan kau cinta terakhirku. Dengar! Aku akan tetap mencintaimu meski jarak memisahkan kita” ujarnya memegangi kedua tanganku “yakksoke?” tanyaku menatapnya penuh harap “ne yakksoke” sahutnya membuat senyumku kembali “ah jinjja???? Kau yakin kau bisa setia?” ejek Kyuhyun membuat Jong Woonku kesal “yaks! Kau ini! Ini bukan urusanmu, sudahlah habiskan saja makanmu!” pekik Jong Woon geram, aku dan Hye Sun hanya bisa terkekeh melihat mereka yang bersahabat tapi selalu bertengkar.

Park Shin Hye’s POV End

***

Kim Jong Woon’s POV

       “Penatnya hari ini” kubanting tubuhku di atas tempat tidurku yang empuk. Kupejamkan mataku sejenak, berusaha menenangkan kepalaku yang masih terasa mendidih “jika aku lulus, aku berangkat ke USA. Itu artinya aku akan meninggalkan Shin Hye, apa aku sanggup jauh darinya?” pikirku melayang “aku pasti akan sangat merindukannya? Apa aku sanggup menjaga cintaku padanya? Aku tahu itu pasti sulit, tapi aku harus bisa menjalaninya. Beasiswa dan Shin Hye adalah masa depanku, mereka sama-sama penting. Ahhhh pusingnya kepalaku” jeritku membathin.

Kim Jong Woon’s POV End

***

Narasi

       Hari berganti, saat-saat tes sudah dilalui kemarin. Kini Jong Woon tinggal menunggu hasilnya, pikirannya terus dibayangi hal tersebut membuatnya tak enak makan, tak enak tidur. Dulu ia sangat menginginkan beasiswa tersebut namun ketika terbesit pikiran ia harus terpisah dengan Shin Hye ia mendadak tak ingin mendapatkan beasiswa tersebut. Rupanya ia belum siap terpisah dari yeochingunya saat ini, ia merasa hal tersebut terlalu berat untuknya dan Shin Hye karena ia harus pergi melanjutkan kuliah selama 4 tahun.


       Ia kembali ke kampus dan menghabiskan waktu seharian bersama dengan Shin Hye dan teman-temannya. “Hey Jong Woon ah! Kau tidak bosan seharian berkencan dengan buku? Tengok Shin Hye, dia sampai keriput karena jenuh dikalahkan oleh buku-bukumu itu!” sahut Kyuhyun sembari merangkul bahu Hye Sun “yaks! Kau ini bicara apa? Memangnya kau baru tahu aku ini kutu buku?” pekik Jong Woon sembari membenarkan kacamatanya “kau memang kutu buku, tapi tidak kah kau kasihan melihat Shin Hye yang kau acuhkan sejak tadi? Lihat! Kepalanya sampai tumbuh jamur” ucap Kyuhyun sembari menoleh ke arah Shin Hye yang duduk di samping Hye Sun “ah jinjja??? Benar begitu chagiya?” tanya Jong Woon menoleh ke arah Shin Hye “ah aniya, kau lanjutkan saja membacanya chagiya! Aku sedang asyik berbincang dengan Hye Sun kok, kau tenang saja!” sahut Shin Hye melempar senyuman di wajahnya “eoh, kau dengar! Shin Hye saja tidak protes kenapa jadi kau yang sibuk? Sebenarnya kekasihku itu Shin Hye atau kau eoh?” cibir Jong Woon sinis “yaks! Sejak kapan aku menjadi kekasihmu? Memangnya aku namja apakah?” pekik Kyuhyun kesal.

Seminggu Kemudian…

       Saat yang dinanti akhirnya tiba, pengumuman pemenang beasiswa pertukaran pelajar Korea Selatan dengan USA pun akan diumumkan pada hari ini.  Sejak kemarin malam, pikiran Jong Woon tidak tenang bahkan ia tak bisa tidur jika terus teringat hari ini. Pagi-pagi sekali Jong Woon sudah sampai di kampusnya, dengan penuh rasa tegang ia berjalan menuju madding. Tangannya berkeringat dingin, jantungnya berdegup kencang “aigho! Kenapa aku jadi begini?” pekiknya sembari jalan melewati lorong kelas. Dari kejauhan ia melihat suasana yang ramai terjadi di depan madding “aigho, mereka pasti punya tujuan yang sama denganku? Ya pasti mereka sedang mencari namanya, apa namaku tertera di sana? Tuhan! Semoga namaku tertulis di sana, amin” gumamnya menelan ludah. Kim Jong Woon sudah sampai di depan madding, ia menyelipkan tubuhnya diantara kerumunan finalis tersebut. Matanya lurus tertuju ke papan pengumuman tersebut, mata dan jarinya selaras mencari namanya diantara barisan-barisan nama yang tertera di kertas tersebut “Kim…” ejanya sembari menunjuk ke sebuah nama “Kim Jong Woon??” bacanya tersentak “ah jheongmal? Itu namaku, Kim Jong Woon?? Aku lulus??” sahutnya tersentak, ia mengucek kedua matanya berusaha meyakinkan dirinya sendiri “ah benar itu namaku, aaaahhhh aku lulusssss!!!!” teriaknya melompat kegirangan, membuat siswa lain terheran-heran melihatnya.

       “Kim Jong Woon!!” seru yang sepertinya sudah ia kenal, ia menoleh ke arah sumber suara “Kyuhyun ah, Shin Hye chagiya!!” sahut Jong Woon dengan ekspresi sumringah, kemudian berlari menuju ke arah mereka berdiri “eotthae????” tanya Shin Hye “coba kau tebak apa hasilnya!” seru Jong Woon “aish! Jika kulihat dari ekspresimu, aku rasa kau pasti mendapatkan beasiswa itu bukan?” sahut Shin Hye menyipitkan kedua matanya, Jong Woon hanya tersenyum simpul “ah jinjjayo???? Kau lulus???” tanya Kyuhyun menyenggol bahu Jong Woon “ah chukhae chukhae, kau memang jenius! Ternyata berpacaran dengan buku-buku tebalmu itu berguna juga ne????” ejek Kyuhyun membuat Jong Woon merasa angkuh “tentu saja, memangnya kau tidak tahu kalau buku itu jendela dunia eoh?” sahut Jong Woon dianggukkan oleh Kyuhyun “chukhae hamnida chagiya, akhirnya cita-citamu diberi jalan. Kau bisa meraih impianmu sesuai harapanmu, chukhae ne! chuuu…” sahut Shin Hye diakhiri mencium bibir tipis Jong Woon “aigo!! Aku mau…” ejek Kyuhyun dapat cibiran dari Hye Sun “makanya kau rajin belajar, pasti Hye Sun akan menciummu” ejek Jong Woon mencibir “ne, kau jangan bermain game terus! Sesekali belajarlah, bergaul dengan buku. Itu akan membuatku semakin menyukaimu oppa” tambah Hye Sun diakhiri senyuman aegyo “ah ne kapan-kapanlah!” sahut Kyuhyun datar “yaks! Kau ini memang maniak games” ejek Hye Sun.


      Jong Woon pulang bersama Shin Hye, Kyuhyun dan Hye Sun. Hari ini Jong Woon akan mengadakan pesta perayaan keberhasilannya sebelum lusa berangkat ke negara Paman Sam tersebut. Ia ingin menghabiskan waktunya yang singkat bersama orang-orang tersayangnya terlebih kepada Shin Hye. “aigho! Tak ada bahan makanan di kulkas, eotthae?” sahut Jong Woon membuka kulkas “ah tenang saja, bagaimana kalau aku dan Hye Sun yang belanja bahan makanan ke supermarket?” sahut Shin Hye sembari merangkul bahu sahabatnya, Hye Sun “geureyo, kau tidak perlu kuantar kan?” tanya Jong Woon digelengkan “geureyo, kami berangkat ne!” sahut Shin Hye kemudian berlalu.

Narasi End…

***

Park Shin Hye’s POV

       Hari ini benar-benar menyenangkan buat kami semua sekaligus menyedihkan buatku, sejujurnya aku merasa sedih karena Jong Woon dan aku harus terpisah selama empat tahun. Jika aku mengikuti egoku, aku tak ingin dia pergi meninggalkanku karena aku tak sanggup terpisah darinya karena rasanya terlalu sakit namun jika aku mengikut akal sehatku aku rasa dia memang harus mengambil kesempatan emas itu, karena pendidikan lebih penting untuk masa depannya. Bukankah itu kesempatan langka, tak semua orang bisa mendapatkan kesempatan itu. Ah pusing aku, pikiranku jadi dilemma. Aku harus mengikuti egoku atau akal sehatku?. Sudahlah lupakan, mungkin aku memang harus mengikhlaskan ia pergi.


       Kini aku dan Hye Sun berada di dalam sebuah supermarket yang terletak tak jauh dari rumah Jong Woon, mataku melirik ke setiap benda yang terpajang rapi di rak supermarket tersebut sementara Hye Sun sibuk melihat catatan barang apa saja yang kami perlukan “Hye Sun ah! Eotthae?” sahutku sembari terus mencari bahan yang akan kami beli “mwo? Eotthae? Mwosun suriya? (apa? Bagaimana? Apa maksudmu?)” tanya Hye Sun mengalihkan pandangannya ke arahku “hatiku” ucapku menghela napas “hatimu? Ada apa dengan hatimu? Kau sakit?” tanya Hye Sun mengerutkan dahinya “ne, aku sakit. Hatiku sakit karena aku harus berpisah dengan Jong Woonku” sahutku mendaratkan tanganku di atas dadaku “aish! Kukira kau sakit sungguhan, ternyata kau sedang dilemma ne?” dengus Hye Sun “ne aku dilemma, aku memang ingin dia sukses tapi aku juga tidak ingin terpisah darinya. Kau kan tahu kami berpacaran sudah berapa lama, sejak SMA aku tak pernah terpisah darinya dan sekarang kami harus terpisah, ini tidak mudah Hye Sun ah!” ucapku rasanya ingin menangis “sabar ne! bukankah ini demi masa depan kalian juga? Jadi kau harus sabar! Aku yakin, Jong Woon pun merasakan hal yang sama denganmu tapi aku yakin dia pasti sedih jika kepergiannya menjadi beban bagi orang yang ia cintai, kau harus bisa melepasnya. Tenang saja, ia pergi hanya sementara! Kelak ia akan pulang menjadi orang sukses, hwaiting!!!” sahut Hye Sun merangkul bahuku, aku memaksa tersenyum “ucapannya ada benarnya, mungkin hanya aku saja yang terlalu egois. Seharusnya aku member semangat pada Jong Woon bukan membebani pikirannya” pikirku membathin “Shin Hye ah!” seru Hye Sun membuyarkan lamunanku “ah ne, kau benar Hye Sun ah! Aku seharusnya memberi ia semangat dan menghiburnya bukan membuatnya sedih dan terbebani, gomawo ne atas saranmu” sahutku memulas senyuman ke arahnya “ne cheonma, itu baru Shin Hye” sahutnya tersenyum lebar “ya sudah, kita lanjutkan berbelanjanya ne!” seruku “ne, kajja!!” sahutnya semangat.

Park Shin Hye’ s POV End

***

Kim Jong Woon’s POV

      “Sejujurnya, aku bimbang Kyu” sahutku sembari merebahkan tubuhku di atas tempat tidurku “wae?” tanya Kyu masih sibuk dengan PSPnya “aku memang menginginkan beasiswa itu sejak lama, saat namaku muncul di papan pengumuman anganku langsung melambung tinggi. Impian terbesarku kini di depan mata, aku berteriak kegirangan tetapi kebahagianku mendadak terhenti ketika egoku memikirkan Shin Hye. Perasaan senang itu berubah menjadi kelabu, membayangkan jauh darinya membuatku sesak napas dan merasa bersalah” ujarku membayangkan senyuman manis Shin Hye “aku tahu, itu pasti berat tapi bukankah kau pernah bilang masa depanmu itu lebih penting” sahut Kyuhyun menoleh sejenak ke arahku yang berbaring di sebelahnya “ne memang benar, tapi Shin Hye juga penting karena ia juga masa depanku. Aku benar-benar merasa bersalah karena harus meninggalkannya begitu lama, dia pasti sedih dengan keputusanku” sahutku benar-benar pusing “kau tidak perlu merasa bersalah, sejak awal Shin Hye kan sudah tahu impianmu jadi kurasa ia pasti bisa memahami posisimu yang terpenting sekarang adalah kau harus memanfaatkan kesempatan emas itu dengan baik, jangan sampai kau menyesal nanti. Arasseo?” tumben Kyu bisa bicara bijak, aigho dia kenapa? “ne kau benar, geureuyo aku akan menggunakan kesempatan itu dengan baik” ucapku berusaha duduk di sampingnya “tapi bagaimana jika Shin Hye tidak ada aku? Bagaimana jika ada namjadeul yang menyukainya dan mendekatinya? Atau namjadeul yang berusaha mengganggunya sementara aku tak ada di sampingnya, siapa yang akan melindunginya? Ah eottokhae Kyu ah?” ucapku sembari menggoyangkan tubuh Kyu. Pikiranku mulai membayangi yang buruk-buruk “yaks! Kau ini paboya, kau tenang saja! Shin Hye akan kami lindungi, aku, Hye Sun dan Wookie ah pasti akan melindungi dan menjaganya. Kau tidak perlu cemas berlebihan!” ucap Kyu menoyor kepalaku “ah jinjja?” tanyaku menyipitkan kedua mataku “ne, kau tidak perlu cemas! Lagipula aku yakin Shin Hye yeoja yang setia jadia ia tidak akan berselingkuh di belakangmu, arachi?” sahut Kyu ada benarnya “ne, semoga semua baik-baik saja!” sahutku mengangguk “ne” sahut Kyu ikut menggangguk.

      Aku dan Kyu segera turun setelah mendengar Shin Hye dan Hye Sun kembali “Wookie ah, kau baru pulang? Kau dari mana saja eoh?” tanyaku begitu melihat Wookie muncul dari balik pintu dan sedang mengganti sepatunya “tadi aku seharian membantu eomma di restoran, jadi aku baru pulang. Hari ini pengunjung ramai sekali hyung, kasihan eomma” sahutnya sembari memegangi tali tasnya yang masih membelit di kedua tangannya “oh begitu, tapi sekarang eomma sudah tak sesibuk tadi kan?” tanyaku digelengkan olehnya “ah ne hyung bagaimana hasil tesmu? Kau lulus?” tanya Wookie yang sudah berdiri memegangi gagang pintu kamarnya “ne, aku lulus. Kau siap-siap kutinggalkan ne!” sahutku membuat kedua matanya terbelalak “woooaahhh chukhaee hyuungggku” sahutnya berteriak kegirangan dan dengan sigap memeluk tubuhku “ah aku akan merindukannya” bathinku sembari memeluk tubuh saengku satu-satunya “ne gomawo saeng! Aku pasti akan merindukanmu nanti, kau jangan nakal ne! jaga eomma dengan baik selagi aku tak ada! Ne!” ujarku melepas pelukannya “ne hyung nado, kau tenang saja! Aku akan menjaga eomma dengan baik dan aku tak akan jadi anak nakal. Hyung aku pasti akan sangat merindukanmu” ucapnya kulihat kedua matanya berkaca-kaca “nado” jawabku kembali memeluknya dengan erat.


      Setelah semua hidangan siap di meja makan, aku dan yang lainnya mulai menikmati satu persatu hidangan tersebut. Masakan Shin Hye memang lezat, aku pasti akan sangat merindukan masakan-masakannya. Kami menikmati hidangan tersebut dengan sesekali bersenda gurau, mengejek dan sekedar berbincang. Kami selesaikan makan malam terakhir itu sampai akhirnya kami memainkan sebuah permainan tradisional yang sudah tak asing lagi. Di ruang santai, aku dan yang lainnya sudah menyiapkan sebuah botol di atas lantai yang siap di putar, jika botol itu terhenti di depan kami maka orang tersebut harus menceritakan sesuatu yang sudah ditentukan “ah kalian sudah tahu peraturannya bukan?” sahut Wookie “ne” sahut kami berempat kompak “untuk kali ini jika botol terhenti di depan kita, maka kita harus menceritakan perasaannya saat ini. Perasaan apa saja dan kepada siapa saja, eotthae?” sambung Wookie “ne setuju” sahut aku dan yang lainnya. “Geureyo, kajja kita mulai. Aku putar ne botolnya!” sahut Wookie kemudian mulai memutarkan botol soju tersebut, kami memerhatikan gerakan botol tersebut dengan seksama hingga akhirnya terhenti di depanku “ah hyung, kau yang pertama! Kajja ceritakan perasaanmu saat ini!” seru Wookie membuatku terdiam sejenak “perasaanku? Saat ini perasaanku berwarna abu-abu, maksudku perasaanku saat ini benar-benar tak jelas aku sedih karena aku harus meninggalkan semua orang yang kusayang besok lusa dan mungkin empat tahun lagi aku baru bisa bertemu kalian kembali, tapi di sisi lain aku juga senang, senang sekali karena impian terbesarku saat ini akhirnya bisa kuraih dengan kerja kerasku. Rasanya aku ingin menangis malam ini, menangis bahagia sekaligus menangis haru karena harus berpisah dengan kalian” ucapku tak sadar menitikkan airmata “Chagiya!” seru Shin Hye manja merangkulku dan menatap pekat kedua mataku “chagiya! Kau tenang saja, aku akan selalu mendukungmu! Ulljima!” tambahnya malah membuatku semakin sedih “gomawo chagiya” bisikku “ne hyung kau tenang saja! Kami semua akan selalu mendukungmu, kau jangan sedih ne hyung! Ulljima!!” sahut Wookie memaksaku tersenyum meski sejujurnya aku benar-benar ingin menangis “Jong Woon ah ulljima! Aku yakin awalnya kau dan kita semua tak terbiasa berjauhan tapi lama kelamaan kita pasti akan terbiasa dengan situasi itu! Jika awalnya sedih itu hal yang wajar, tapi aku yakin kau dan Shin Hye pasti bisa melewatinya dengan baik!” tambah Hye Sun bijak “ne arasseo. Gomawo, jheongmal gomawo” ucapku tak sanggup lagi membendung airmataku, mereka semua memeluk tubuhku. Rasanya aku semakin tidak ingin berpisah dari mereka. Waktu terus berjalan, aku dan yang lainnya bermain hingga larut malam. Bahkan mereka semua menginap di rumahku, kuperhatikan wajah mereka satu per satu ketika tertidur. Aku pasti akan merindukan wajah-wajah itu, sampai waktu hamper pagi mataku masih terjaga. Aku tak bisa tidur karena terlalu memikirkan perpisahan esok “saranghae, jheongmal saranghaeyo chagiya” kukecup kening Shin Hye yang sedang tertidur pulas bersama Hye Sun di lantai.

Kim Jong Woon’s POV End

***

Narasi

      Hari berganti, akhirnya Jong Woon harus meninggalkan kota Seoul dan isinya. Tepat pukul 08.00 pagi KST Jong Woon sudah siap berangkat menuju Incheon Airport, dengan ditemani keluarga dan sahabat-sahabatnya. Selama perjalanan Jong Woon terus memegangi kedua tangan Shin Hye, perasaannya benar-benar tak ingin meninggalkan yeochingunya itu. Sesekali Shin Hye menyandarkan kepalanya di bahu Jong Woon, tak jauh berbeda dengan Jong Woon Shin Hye pun sangat takut dan sedih kehilangan Jong Woon.



      Akhirnya mereka sampai di bandara, dengan membawa koper besar serta beberapa tas yang dililitkan ditubuhnya Jong Woon berjalan lemas menuju bandara. Tak lama ia sampai, panggilan kepada penumpang yang akan berangkat ke USA pun berbunyi. Inilah saat-saat terberat dalam hidupnya, Jong Woon menoleh ke arah keluarga dan sahabatnya yang berdiri di belakangnya “Hyung Hwaiting!!!” seru Wookie lantang, Jong Woon dengan sigap memeluk tubuh adiknya tersebut “gomawo Wookie ah! Jaga eomma dengan baik ne! jangan nakal!” sahutnya sembari memeluk tubuh mungil Wookie “ne hyung, kau juga jangan nakal ne! jangan lupa makan, jaga kesehatan! Jangan lupa kabari kami setiap hari, naega bogosipeosseo hyung” balas Wookie menitikkan airmatanya. Jong Woon bergeser ke samping, sudah ada eomma yang melebarkan kedua tangannya. Dengan sigap Jong Woon menyambut kedua tangannya, ia memeluk erat tubuh rentan ibunya sembari menangis sesegukan “eomma naega bogosipeosseo eomma! Jaga kesehatanmu ne eomma! Naega saranghaeyo eomma” lirihnya membuat eomma tak sanggup membendung airmatanya “nado chagiya nado, jaga kesehatanmu! Jangan lupa baju hangatmu ne!” eomma mencium kening Jong Woon. Jong Woon kembali bergeser, kini ia berhadapan dengan sahabat sekaligus musuhnya selama ini “Ullijima! Kau nampak jelek jika sedang menangis, kau seperti anak kecil yang kehilangan balonnya” ejek Kyuhyun yang sebenarnya sedang berusaha menahan kesedihannya “gwenchana, aku menangis bukan ingin balon tapi aku menangis karena aku senang akan berpisah dengan makhluk yang menyebalkan seperti kau” balas Jong Woon membuat Kyuhyun memekik kesal “yaks! Kau pasti akan merindukan sahabatmu yang satu ini, jika kau rindu padaku jangan lupa telepon aku ne!” sahut Kyuhyun memaksa tersenyum “ne, gomawo!” sahut Jong Woon menarik tangan Kyuhyun dan memeluknya erat “aku titip Shin Hye ne!” bisik Jong Woon dianggukkan oleh Kyu. Kini Jong Woon berhadapan dengan Hye Sun, ia melihat airmata sahabatnya itu terurai dari mata indahnya “Hye Sun ulljima! Aku titip Shin Hyeku ne!” seru Jong Woon memegangi tangan Hye Sun “ne, aku pasti akan menjaganya sampai kau kembali. Kau jangan nakal ne!” sahut Hye Sun lalu memeluk Jong Woon. Terakhir, Jong Woon berhadapan dengan Shin Hye, hatinya semakin hancur ketika melihat kedua mata Shin Hye yang sudah sembab akibat menangisi kepergiannya. Tak kuasa menahan haru, Jong Woon segera menarik tubuh Shin Hye ke dalam pelukan hangatnya. Shin Hye menangis sejadi-jadinya “oppa! Jaga kesehatanmu di sana ne! jangan lupa makan, jangan lupa untuk memakai pakaian hangatmu! Kudengar di sana sedang musim dingin sekarang! Kau jangan nakal ne!” ucap Shin Hye lirih “ne chag, gomawo sudah mengingatkanku” sahut Jong Woon  sesegukan “jangan lupa untuk selalu mengabari keadaanmu di sana ne!” sahut Shin Hye dianggukkan “geureyo, aku berangkat ne! kau jaga dirimu di sini baik-baik. Jheongmal saranghaeyo yeongwonhi chagiya!” sahut Jong Woon memegangi kedua pipi Shin Hye “ne chagiya hati-hati di jalan, nado saranghaeyo yeongwonhi chagiya” balas Shin Hye. Jong Woon pun melangkah menjauh perlahan-lahan, langkahnya terasa berat. Berkali – kali ia menoleh ke belakang hingga sosoknya menghilang di balik pintu bandara.

Narasi End

***

Kim Jong Woon’s POV

      Aku sudah berada di dalam pesawat, kini aku pergi seorang diri tanpa eomma, domsaeng, chingu dan yeojachinguku hampa rasanya. Kutatap foto Shin Hye berkali-kali, terbesit sekelabat bayang wajahnya di kepalaku saat tersenyum. Memoriku kembali terbangun dengan saat-saat terindah bersama Shin Hye selama beberapa tahun belakangan, ah pikiran ini benar-benar membuatku bimbang setengah mati. Kupandangi langit sembari menikmati alunan musik yang mengalir melalu kabel-kabel headphoneku, tak jarang juga kupejamkan kedua mataku dan mengingat wajah orang-orang yang kucintai. Eomma, Wookie naega bogosipho.

Kim Jong Woon’s POV End

 ***

Park Shin Hye’s POV

 

      “Shin Hye ah! Gwenchanayo?” tanya Hye Sun merangkul bahuku, kuanggukan kepalaku dan memaksa tersenyum “kau yakin?” tanyanya lagi kuanggukkan “Shin Hye ah! Kau jangan sedih ne, dia pasti kembali” sahut Hye Sun lagi “Hye Sun? aku hanya tak yakin mampu bertahan tanpanya, ini terlalu berat untukku” sahutku berkaca-kaca “ne ara, tapi kau tidak mungkin menghalangi impiannya bukan? Kau pasti sudah tahu betul impiannya sejak dulu, kau jangan seperti ini! Jika kau bersedih terus itu akan mengganggu konsentrasinya di sana! Yang ia butuhkan saat ini hanya dukunganmu, bukan tangisanmu! Kau di sini masih lebih baik karena masih ada aku, Kyuhyun, ahjumma dan Wookie yang bisa mendengarkan kegelisahanmu tapi Jong Woon bagaimana? Dia sendiri di sana, ia tak punya teman untuk mencurahkan kegelisahannya saat ini. Jika kau seperti ini aku yakin ia pasti berpikir bahwa keputusannya untuk mengambil beasiswa itu salah. Kau mengerti maksudku kan?” ujar Hye Sun sahabatku yang bijak “ne ara, gomawo Hye Sun. Kau benar, tidak seharusnya aku begini. Naega jheongmal paboya” sahutku merasa bodoh kali ini “aniya! Kau itu tidak pabo chagiya, kau hanya terlalu larut dalam kesedihanmu. Kau tidak bisa menguasai emosimu, bukan pabo” sahutnya membuatku tersenyum.

Park Shin Hye’s POV End

***

Narasi

 

      Selang beberapa jam, Jong Woon akhirnya menginjakan kakinya untuk pertama kali di negara adikuasa tersebut. Matanya melirik ke seluruh penjuru, mencari sosok orang Korea yang bertugas menjemputnya di bandara. Dosennya tengah memberitahukan bahwa ada seorang yeoja warga Korea yang ditugaskan untuk menjemputnya dan menjadi tour guidenya selama beberapa bulan di Amerika, ia terus mencari sosok yeoja korea yang membawa banner bertuliskan namanya. “Mana yeoja yang dimaksud songsaenim? Kenapa aku tak melihat sosok yeoja yang membawa namaku?” pekiknya celingukan. Ia berjalan menuju sebuah tempat duduk untuk menunggu, ia duduk sejenak sembari menghilangkan penatnya. Ia tundukan kepalanya dan memejamkan kedua matanya sejenak, nampaknya ia lelah berat dengan perjalanannya hari ini. Jong Woon menunggu yeoja itu hingga tertidur di bangku bandara.

Narasi End

***

Taeyeon’s POV

      “Yaks, aku terlambat! Eotthae? Namja itu pasti sudah pergi meninggalkan bandara” pekikku sembari menyetir mobilku “ini semua gara-gara tugasku yang menumpuk aku jadi melupakan perintah appa untuk menjemput siswanya… naega paboya!” tambahku benar-benar kesal dengan tugas rumahku yang menumpuk. Akh aku terlambat satu jam, bagaimana ini? Aku tak yakin namja itu masih di bandara? Kuharap dia masih menungguku” pekikku kini berlari menuju terminal turunnya para penumpang. Sesampainya di dalam, aku menghentikan langkahku dan berusaha mengatur napasku yang terengah. Kualihkan pandanganku ke setiap sudut “aigho! Sudah sepi, di mana namja itu ne?” aku benar-benar merasa bersalah, bagaimana jika namja itu tersesat? Appa bilang dia belum tahu Amerika, aigho matilah kau Taeyeon.


      Aku masih berusaha mencari sosok namja itu dengan banner tertuliskan namanya, tapi kenapa aku tak menemukan sosoknya. Changkaman! Aku melihat ada seorang namja memakai pakaian rapat dengan topi di kepalanya sedang tertunduk sendiri di salah satu bangku tunggu “sebaiknya aku tanya dia? Siapa tahu saja ia melihat namja yang kumaksud? Ah tapi kan aku tidak tahu ciri – ciri namja itu? Aahh eottokhae?” bathinku “excusme!! Sir!! (permisi!! Pak!!)” sapaku menggoyangkan tubuh namja asing tersebutpraakkk…. “aigho! Kenapa namja itu? Apa dia pingsan?” kulihat namja itu tergeletak tubuhnya saat kugoyangkan tadi “aigho! Kenapa harus aku yang menemukannya pingsan di sini? Ah matilah aku, sudah pasti aku yang harus mengurusnya” dengusku kesal “sebaiknya aku segera mencari bantuan” sahutku berlari menemui security.

                                                                 TBC

Ah eotthae????? Kira-kira Tae ah ketemu siapa ne????? Akankah dia menemukan siswa bernama Kim Jong Woon itu???? Hmmmm... Penasaran ne???? Tunggu Chapter Terakhirnya ne!!! Jangan Lupa RCLnya ne!! Thor Tunggu!!! Gamsahamnida^^ *bow